Pelopor yang membawa model cacing kelapa ke desa Son Lam ( Nghe An ) untuk diujicoba dan pada awalnya membawa keberhasilan ini adalah Bapak Lo Thai San (lahir tahun 1996; Sekretaris Persatuan Pemuda Desa Tan Ngoc), seorang anggota partai muda dari kelompok etnis Thai.

Bapak Lo Thai San sedang memeriksa pot pembibitan ulat kelapa.
Pak San mengatakan bahwa ia lahir dan besar di tanah yang penuh kesulitan, sehingga ia selalu berjuang mencari cara untuk mengembangkan ekonomi yang sesuai dengan kondisi setempat. Secara kebetulan, ia mempelajari model budidaya ulat kelapa. Menyadari bahwa ini adalah ternak baru, berisiko rendah, dan modal investasi rendah, Pak San dengan berani mulai bereksperimen.
"Awalnya, saya menghabiskan 300.000 VND untuk membeli 20 pasang larva untuk dicoba beternak, untuk melihat apakah memungkinkan. Tak disangka, hasilnya melebihi ekspektasi saya," kata Pak San, seraya menambahkan bahwa setelah 7 bulan beternak, ia kini memiliki 30 pot ulat kelapa, yang menghasilkan pendapatan bulanan yang stabil.
Pak San mengatakan bahwa ulat kelapa adalah larva yang hidup di pohon kelapa dan dapat dibudidayakan dengan berbagai jenis limbah pertanian yang tersedia. Memelihara ulat kelapa tidaklah sulit dan tidak memerlukan kandang yang rumit, cukup dengan pot yang tertutup rapat dan dijaga kelembapannya.

Dari 20 pasang indukan awal, Tn. San telah berkembang menjadi 30 pot penangkaran, yang memberikan pendapatan tetap.
Pakan ulat kelapa mudah didapat, murah, dan mudah ditemukan, seperti batok kelapa, pisang matang, pepaya, dan ampas tebu. Pak San mencampurkan sisa-sisa pertanian ini dengan tepung jagung, memfermentasinya, lalu menuangkannya ke dalam pot pembibitan bersama larva. Setelah sekitar seminggu, larva akan bertelur. Setelah sekitar satu bulan pemeliharaan, ulat kelapa siap dipanen.
"Setiap pot pembibitan berbiaya rendah, sekitar 25-30 ribu VND untuk benih, sementara biaya pakannya hanya sekitar 1.000 VND/hari. Memelihara kumbang penggerek tidak membutuhkan banyak perawatan seperti ayam atau babi, dan penyakitnya pun minim. Efisiensi ekonominya sangat baik," ujar Bapak San.
Saat ini, harga jual ulat kelapa berkisar antara 250.000-300.000 VND/kg. Berkat model ini, Pak San dapat memperoleh penghasilan 6-7 juta VND per bulan. Ini merupakan sumber pendapatan yang besar dan stabil, yang membantu keluarga Pak San meningkatkan taraf hidup mereka secara signifikan. Terlebih lagi, meningkatnya permintaan pasar, terutama dari restoran khusus, membuat tempat pembiakannya selalu "kehabisan stok".

Pakan cacing kelapa merupakan hasil samping pertanian seperti tempurung kelapa, singkong, dan pisang.
Tak hanya mengembangkan ekonominya sendiri, ketika model pertaniannya stabil dan efektif, Bapak San aktif berbagi teknik dan pengalaman bertani dengan anggota serikat pekerja, pemuda, dan warga di komune. Beliau berharap model ini dapat direplikasi, membantu banyak rumah tangga lain memiliki mata pencaharian yang lebih baik, menciptakan lapangan kerja, dan pendapatan yang baik. Dari sana, beliau membantu masyarakat setempat secara bertahap keluar dari kemiskinan dan mengembangkan ekonomi.
Bapak Trinh Van Bang, Ketua Komite Rakyat Komune Son Lam (Nghe An), mengatakan bahwa model budidaya ulat kelapa merupakan model baru di daerah tersebut, yang awalnya telah menunjukkan hasil yang baik. Beberapa rumah tangga juga telah mempelajari, mengembangkan, dan menguji model pertanian skala kecil ini. Ke depannya, pemerintah komune akan melakukan penelitian dengan harapan dapat membantu masyarakat memiliki lebih banyak model untuk mengembangkan ekonomi, dan secara bertahap keluar dari kemiskinan.


30 pot ulat kelapa memberikan penghasilan bagi Pak San sebesar 6-7 juta VND.
Kisah Lo Thai San merupakan bukti nyata akan semangat berani berpikir dan bertindak kaum muda di pegunungan. Berawal dari ide kecil, ia telah membuka arah baru, mengubah model budidaya ulat kelapa menjadi mata pencaharian untuk keluar dari kemiskinan, berkontribusi dalam memajukan ekonomi lokal, dan menyebarkan semangat kewirausahaan di kalangan pemuda dataran tinggi. "Semoga dengan hasil panen yang stabil, budidaya ulat kelapa dapat membantu masyarakat memiliki mata pencaharian lain dan pendapatan yang baik," ujar Lo Thai San, seraya menambahkan bahwa pada akhir tahun, ia berencana untuk memperluas skala budidayanya hingga lebih dari 50 pot ulat kelapa.


Bapak San berharap model budidaya ulat kelapa dapat membantu masyarakat setempat keluar dari kemiskinan.
Source: https://tienphong.vn/dua-duong-dua-ve-nuoi-ky-vong-giup-dan-ban-thoat-ngheo-post1789496.tpo






Komentar (0)