Pertumbuhan PDB Vietnam sebesar 6,93% pada kuartal pertama melampaui target yang ditetapkan dalam Resolusi No. 01/NQ-CP, tetapi tidak mencapai target yang lebih tinggi yang ditetapkan dalam Resolusi No. 25/NQ-CP tanggal 5 Februari 2025 karena berbagai pergerakan global yang memengaruhi situasi sosial -ekonomi negara kita. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan meningkat sebesar 3,74%, berkontribusi sebesar 6,09% terhadap total nilai tambah perekonomian; sektor industri dan konstruksi meningkat sebesar 7,42%, berkontribusi sebesar 40,17%; sektor jasa meningkat sebesar 7,70%, berkontribusi sebesar 53,74%.
Menurut laporan terbaru Bank Pembangunan Asia (ADB) tentang prospek pembangunan Asia- Pasifik , para ahli memperkirakan PDB Vietnam akan tumbuh 6,6% pada tahun 2025 dan 6,5% pada tahun 2026, setelah peningkatan tajam sebesar 7,1% tahun lalu. Dari jumlah tersebut, sektor jasa akan tumbuh 7,2% pada tahun 2025, berkat peningkatan pariwisata domestik dan internasional serta industri teknologi.
Peringkat pertumbuhan ASEAN-6 pada kuartal pertama tahun 2025. (Foto: baomoi.com) |
Dengan tingkat pertumbuhan 5,4%, Filipina berada di peringkat kedua di antara negara-negara ASEAN-6. Data dari Badan Pusat Statistik Filipina menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga dan belanja publik merupakan dua pilar utama. Belanja publik meningkat sebesar 18,7%, tertinggi sejak kuartal kedua tahun 2020, sementara inflasi yang mereda turut menopang konsumsi rumah tangga.
Sementara itu, Indonesia mencatat pertumbuhan PDB sebesar 4,87%, terendah dalam tiga tahun terakhir. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), faktor utamanya adalah efek dasar yang tinggi dari pemilu Februari 2024, yang menyebabkan belanja publik menurun sebesar 0,08% pada kuartal pertama tahun 2025. Konsumsi rumah tangga menjadi pendorong utama, berkontribusi sebesar 2,61 poin persentase terhadap keseluruhan peningkatan.
“Indonesia masih mempertahankan posisinya di 3 besar ASEAN dalam hal tingkat pertumbuhan dan hanya tertinggal dari Vietnam dan Filipina pada kuartal ini,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Malaysia tumbuh 4,4% pada kuartal pertama 2025, turun dari 4,9% pada kuartal sebelumnya. Bank sentral menyatakan konsumsi rumah tangga dan ekspor elektronik menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Namun, penurunan produksi minyak dan gas serta perlambatan industri otomotif menghambat pemulihan. Gubernur Abdul Rasheed Ghaffour mengatakan pertumbuhan tahun ini bisa lebih rendah dari perkiraan 4,5-5,5%.
Singapura mencatat pertumbuhan PDB sebesar 3,8%, turun dari 5% pada kuartal keempat tahun 2024. Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) telah menurunkan perkiraan pertumbuhan setahun penuh menjadi 0-2% di tengah faktor eksternal, terutama tarif timbal balik dari AS, yang memberikan tekanan pada sektor manufaktur, jasa keuangan, dan transportasi.
Sementara itu, Thailand masih menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi paling lambat di kelompok ASEAN-6 dengan tingkat pertumbuhan 3,1%. Proyeksi pertumbuhan untuk keseluruhan tahun 2025 kini telah direvisi turun menjadi 1,3-2,3%, mencerminkan lemahnya permintaan domestik, menurunnya kepercayaan konsumen, dan risiko tarif AS yang berdampak negatif pada sektor ekspor otomotif dan elektronik.
Kinerja kuartal pertama menunjukkan divergensi yang jelas di dalam blok ASEAN-6. Vietnam dan Filipina mempertahankan momentum pemulihan berkat permintaan domestik dan kebijakan yang stabil, sementara negara-negara ekonomi besar seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand menghadapi banyak tantangan eksternal.
Menghadapi tekanan dari menurunnya perdagangan global, ASEAN menghadapi kebutuhan mendesak untuk membentuk kembali strategi pembangunannya: mengurangi ketergantungan pada ekspor, mendorong transformasi digital, menghijaukan ekonomi, dan memperdalam integrasi kelembagaan.
Sumber: https://thoidai.com.vn/gdp-quy-i2025-viet-nam-dan-dau-asean-6-213676.html
Komentar (0)