Harga cabai dalam negeri terus turun di minggu kedua, banyak daerah merugi hingga 1.500 VND/kg
Pasar pada 17 November mencatat harga lada domestik berfluktuasi antara 144.000 dan 145.500 VND/kg. Penurunan mingguan berkisar antara 500 - 1.500 VND/kg, menandai minggu kedua berturut-turut penyesuaian.
Dak Lak dan Dak Nong adalah dua wilayah dengan penurunan harga paling tajam, turun 1.500 VND/kg dibandingkan minggu lalu, sehingga harga beli menjadi 145.500 VND/kg. Binh Phuoc, Dong Nai, dan Ba Ria - Vung Tau turun 1.000 VND/kg, umumnya mencapai 144.000 VND/kg. Gia Lai hanya turun sedikit, saat ini diperdagangkan di kisaran 144.500 VND/kg.
| Pasar (daerah survei) | Harga pembelian pada tanggal 17 November (Satuan: VND/kg) | Perubahan dari minggu lalu (Unit: VND/kg) |
| Dak Lak | 145.500 | -1.500 |
| Gia Lai | 144.500 | -500 |
| Dak Nong | 145.500 | -1.500 |
| Ba Ria – Vung Tau | 144.000 | -1.000 |
| Binh Phuoc | 144.000 | -1.000 |
| Dong Nai | 144.000 | -1.000 |
Perkembangan dunia beragam: Indonesia turun, Brasil naik
Data IPC menunjukkan bahwa pasar internasional terbagi. Harga lada hitam Indonesia turun tipis sebesar $3/ton menjadi $7.108/ton. Sebaliknya, lada hitam Brasil ASTA 570 naik sebesar $75/ton menjadi $6.175/ton. Lada hitam Malaysia tetap stabil di harga $9.200/ton.
Ekspor lada hitam Vietnam tetap berada di kisaran 6.400-6.600 dolar AS/ton untuk 500 g/l dan 550 g/l, menjaga keseimbangan dibandingkan dengan negara-negara di kawasan tersebut. Pada kelompok lada putih, Indonesia turun 4 dolar AS/ton menjadi 9.745 dolar AS/ton, sementara Malaysia dan Vietnam tetap stabil di kisaran 12.300 dolar AS/ton dan 9.050 dolar AS/ton.

Pembebasan pajak timbal balik AS untuk rempah-rempah: peluang besar bagi ekspor lada Vietnam
Pada 14 November, Presiden AS Donald Trump menandatangani dekrit yang membebaskan banyak produk dari tarif seperti kopi, teh, buah-buahan tropis, jus, kakao, pisang, daging sapi, dan rempah-rempah. Hal ini dianggap sebagai langkah awal bagi industri lada Vietnam, karena hambatan pajak dapat dikurangi jika produk-produk tersebut dibebaskan.
Asosiasi Lada dan Rempah Vietnam meyakini bahwa peluang untuk kembali ke pasar AS sepenuhnya memungkinkan jika pelaku usaha memenuhi persyaratan kualitas, standar, dan catatan impor. Namun, pembebasan pajak timbal balik tidak berarti pembebasan dari semua pajak impor. Pelaku usaha tetap harus mematuhi tarif pajak normal, peraturan bea cukai, pengujian keamanan pangan, dan standar SPS.
Selain itu, daftar bebas pajak tidak mencakup seluruh kelompok produk pertanian, sehingga bisnis perlu berdiskusi langsung dengan mitra AS untuk memahami dengan jelas ketentuan sebenarnya yang berlaku serta memperbarui risiko terkait keterlacakan dan karantina.
Dampak yang lebih luas dari kebijakan pajak baru AS dan posisi India
Menurut GTRI, AS membebaskan tarif resiprokal atas produk pertanian senilai $50 miliar yang tidak diproduksi sendiri. India sendiri hanya menyumbang $548 juta dari kelompok produk ini. Ekspor India ke AS berfokus pada rempah-rempah bernilai tinggi seperti olahan lada dan cabai ($181 juta), bubuk kari jahe-kunyit ($84 juta), adas bintang-adas ($85 juta), kapulaga-pala ($15 juta), teh ($68 juta), serta sejumlah kecil kelapa, kakao, kayu manis, dan cengkeh.
India hampir tidak memiliki pangsa pasar dalam kategori pertanian bebas bea besar seperti pisang, tomat, buah jeruk, atau jus. Belum jelas apakah tarif bebas bea India akan sebesar 25% atau 50%.
GTRI menilai bahwa meskipun India mungkin memperoleh manfaat sampai batas tertentu, negara-negara di Amerika Latin, Afrika, dan ASEAN adalah kelompok yang akan memperoleh manfaat lebih besar karena keunggulan pasokan mereka.
Sumber: https://baodanang.vn/gia-tieu-hom-nay-17-11-2025-giam-tuan-thu-hai-3310254.html






Komentar (0)