Patriotisme dalam aliran baru
| Sekretaris Jenderal To Lam memberikan pidato pada upacara peringatan 80 tahun tradisi sektor pendidikan dan pembukaan tahun ajaran baru 2025-2026 pada pagi hari tanggal 5 September. Foto: VGP/Nhat Bac |
Patriotisme adalah benang merah yang mengalir dalam sejarah bangsa Vietnam. Ia adalah sentimen suci yang ditempa selama ribuan tahun membangun dan mempertahankan negara, menjadi fondasi spiritual abadi bagi setiap warga Vietnam. Dari kisah-kisah sejarah yang heroik hingga tindakan sehari-hari, patriotisme telah, sedang, dan akan terus menjadi kekuatan pendorong yang besar bagi bangsa kita untuk bangkit.
Namun, dalam konteks globalisasi dan era digital, patriotisme tidak bisa berhenti pada slogan atau emosi sakral. Patriotisme perlu dikonkretkan menjadi kapasitas kewarganegaraan—yang terkait dengan pemikiran kritis, perilaku bertanggung jawab, kesadaran integrasi, dan kemampuan untuk menyebarkan nilai-nilai Vietnam ke dunia . Ini merupakan tantangan, sekaligus peluang untuk mendidik patriotisme dengan tampilan baru yang lebih modern dan substansial.
Cinta Tanah Air - bukan hanya warisan, tapi kekuatan batin
| Upacara pembukaan tahun ajaran 2025-2026 digelar dengan khidmat. Foto: VGP/Nhat Bac |
Dalam benak orang Vietnam, patriotisme adalah warisan berharga yang diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, di era globalisasi, nilai ini tidak dapat tetap berada dalam bentuk tradisionalnya. Nilai ini perlu "ditransformasikan" menjadi kekuatan batin – sebuah kemampuan praktis yang membantu warga Vietnam melangkah dengan percaya diri ke dunia.
Seorang patriot muda masa kini tidak hanya tahu cara menyanyikan Lagu Kebangsaan atau menghafal prestasi bersejarah. Mereka perlu tahu cara melindungi identitas budaya, berperilaku santun di komunitas internasional, serta berpartisipasi dalam kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan posisi negara. Dengan demikian, patriotisme menjadi pendorong yang memotivasi mereka untuk berjuang, belajar, dan berkontribusi – mulai dari laboratorium sains , ruang rintisan kreatif, hingga kegiatan komunitas.
Sekolah modern: Bukan hanya belajar sejarah, tapi hidup dengan sejarah
| Guru dan siswa Sekolah Menengah Marie Curie (Hanoi) pada hari pertama sekolah. Foto: baochinhphu.vn |
Jika pada masa lampau pendidikan patriotik hanya dikaitkan dengan mata pelajaran Sejarah, Sastra, dan Pendidikan Kewarganegaraan, maka dewasa ini tuntutannya adalah mengintegrasikannya ke dalam seluruh program dan kegiatan pendidikan.
Pelajaran sejarah bukan hanya untuk menghafal peristiwa, tetapi juga kesempatan bagi mereka untuk mengalami, bermain peran, memerankan kembali, dan bahkan berdebat tentang pilihan leluhur mereka. Kegiatan sosial bukan hanya tentang teori, tetapi juga perlu dikaitkan dengan proyek-proyek praktis: melindungi lingkungan, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mempelajari budaya lokal.
Keluarga, sekolah, dan masyarakat—tiga pilar pendidikan—perlu bekerja sama secara erat. Keluarga menabur benih cinta tanah air melalui cerita lisan; sekolah memupuknya melalui kegiatan pengalaman; masyarakat menyebarkannya melalui budaya, media, seni, dan komunitas. Pada saat itu, patriotisme bukan sekadar "pelajaran", melainkan menjadi "tindakan nyata".
Patriotisme - keterampilan hidup di era kekacauan informasi
| Upacara akbar untuk merayakan 80 tahun kemenangan Revolusi Agustus (19 Agustus 1945 - 19 Agustus 2025) dan Hari Nasional Republik Sosialis Vietnam (2 September 1945 - 2 September 2025) berlangsung khidmat di Lapangan Ba Dinh yang bersejarah. Foto: VGP |
Di dunia yang dibanjiri informasi, patriotisme perlu dipandang sebagai keterampilan hidup. Patriotisme bukan sekadar emosi spontan, melainkan keberanian warga negara untuk melindungi diri dan citra bangsa dari tantangan. Warga negara yang patriotik di era digital adalah seseorang yang tahu cara: Mengkritik informasi, tidak menyebarkan berita bohong, tidak terombang-ambing oleh arus informasi yang beracun; Berperilaku bertanggung jawab dan beradab di media sosial, tahu cara mempertimbangkan setiap pernyataan agar tidak merusak reputasi kolektif; Menjaga reputasi nasional, ketika berada di luar negeri, tahu cara berperilaku yang baik, menjadi "duta budaya" yang tidak terlihat bagi negara. Dengan demikian, patriotisme saat ini tidak dapat dipisahkan dari keterampilan digital dan kesadaran kewarganegaraan global.
Alih-alih ceramah yang membosankan, pendidikan patriotik perlu dikaitkan dengan situasi spesifik dalam kehidupan modern. Jika seorang siswa secara tidak sengaja membagikan informasi yang salah yang menyebabkan teman-teman internasionalnya salah paham terhadap negaranya, apa yang akan ia lakukan? Ini bukan lagi soal "benar atau salah", melainkan pelajaran tentang tanggung jawab kewarganegaraan, keberanian untuk mengakui kesalahan dan mengambil tindakan korektif. Situasi semacam itu membantu siswa merefleksikan diri, berdialog antara ego pribadi dan kepentingan komunitas, antara kebebasan berpendapat dan tanggung jawab sosial. Dari sana, patriotisme dipupuk melalui pengalaman praktis.
Jika di masa lalu, pendidikan patriotik cenderung berfokus pada "transmisi" – pelajaran sejarah, contoh-contoh heroik – kini, perannya perlu bergeser menjadi "bimbingan". Guru tidak hanya bercerita, tetapi juga perlu menginspirasi aspirasi: agar siswa menyadari bahwa patriotisme berarti belajar lebih baik, menjadi lebih kreatif, dan hidup lebih manusiawi. Patriotisme harus dikaitkan dengan tujuan pengembangan pribadi. Ketika seorang anak muda mendambakan kesuksesan untuk berkontribusi bagi negara, cinta tersebut telah menjadi motivasi terkuat untuk bertindak.
Dari emosi hingga kapasitas kewarganegaraan
| Para mahasiswa saat praktikum. Foto: VGP/Thu Trang |
Di era digital, patriotisme bukan hanya perasaan suci di hati, tetapi harus ditransformasikan menjadi kemampuan untuk hidup dan bertindak secara praktis. Pendidikan perlu mengubah patriotisme menjadi kompas untuk pembelajaran, kreativitas, tanggung jawab sosial, dan integrasi global. Setiap warga negara, terutama generasi muda, ketika mampu memadukan patriotisme dengan aspirasi pribadi, akan menjadi sumber daya berharga bagi negara untuk bangkit. Perkataan yang beradab di dunia maya, tindakan baik di dunia nyata, inisiatif yang mengusung nama Vietnam dan menyebar ke seluruh dunia - semuanya berkontribusi untuk membangun citra bangsa yang bangga, manusiawi, dan progresif.
Patriotisme, dari warisan nenek moyang kita, menjadi kekuatan batin warga negara di era digital, dan kekuatan itu akan menjadi penggerak utama bagi rakyat Vietnam untuk berintegrasi dengan kokoh, meneguhkan kedudukan mereka, dan bergerak menuju masa depan yang sejahtera dan berkelanjutan.
Tu Huu Cong
Sumber: https://baodongnai.com.vn/xa-hoi/202509/giao-duc-long-yeu-nuoc-tu-truyen-loi-den-dan-loi-e06195d/






Komentar (0)