Faktanya, pada tahun 2024 saja, Uni Eropa (UE) mengumpulkan lebih dari €1,3 miliar dari pajak karbon eksperimental, dan angka ini diproyeksikan meningkat lima kali lipat ketika CBAM (Carbon Border Adjustment Mechanism) – kebijakan UE yang bertujuan untuk mengenakan pajak karbon pada barang impor untuk memastikan persaingan yang adil dengan produk yang diproduksi di dalam negeri dan mencegah kebocoran karbon – mulai beroperasi pada tahun 2026.
Hal ini menunjukkan bahwa "hambatan hijau" telah menjadi kendala nyata bagi barang-barang Vietnam. Dampak ini jelas tercermin dalam perekonomian Vietnam, di mana 97% bisnis adalah usaha kecil dan menengah (UKM), dengan kapasitas keuangan dan teknologi yang terbatas. Tingkat "penghijauan" tetap rendah dan sangat bervariasi antar industri. Di sektor ekspor utama seperti tekstil dan alas kaki, hanya sekitar 15% bisnis yang memiliki sistem manajemen lingkungan; sementara di industri plastik, hanya sekitar 10% bisnis yang mengendalikan limbah untuk memenuhi standar...
Sektor pertanian dan pangan pun tidak terkecuali. Hanya sekitar 30% fasilitas pengolahan yang berinvestasi dalam teknologi hemat energi atau pengolahan air limbah untuk digunakan kembali; mayoritas masih bergantung pada bahan baku yang tidak memenuhi standar VietGAP/GlobalGAP, sehingga sulit untuk menunjukkan emisi yang rendah. Survei tahun 2024 yang diterbitkan oleh Badan Penelitian Pengembangan Ekonomi Swasta (Badan IV) dari Dewan Penasihat Perdana Menteri tentang Reformasi Prosedur Administrasi, bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri Vietnam (VCCI) dan beberapa asosiasi bisnis, yang melibatkan hampir 3.000 bisnis, menunjukkan bahwa kesulitan terbesar bagi bisnis dalam transformasi hijau saat ini adalah kurangnya modal dan akses terbatas ke kredit hijau.
Sekitar 65% bisnis menghadapi hambatan dalam mengakses modal preferensial, sementara sebagian besar usaha kecil dan menengah (UKM) tidak mampu berinvestasi dalam teknologi bersih, solusi hemat energi, atau sistem pengendalian emisi. Lebih jauh lagi, hampir 47% bisnis kekurangan personel khusus dalam pengurangan emisi. Kurangnya modal, tenaga kerja, dan panduan terpadu membuat tingkat transisi hijau di kalangan bisnis tetap rendah, sementara tekanan pasar terus meningkat.
Di tingkat kebijakan, Vietnam telah menerbitkan Strategi Pertumbuhan Hijau untuk periode 2021-2030, menetapkan kerangka kredit hijau, dan memberikan banyak insentif pajak untuk teknologi bersih. Namun, persentase bisnis yang benar-benar mengakses dan mendapatkan manfaat dari kebijakan ini masih rendah. Tanpa mempercepat transformasi ini dalam waktu dekat, bisnis Vietnam berisiko kehilangan pangsa pasar ekspor dan domestik.
Saat ini, di pasar internasional, pesanan dengan cepat beralih ke pemasok yang telah menstandarkan data karbon dan memperoleh sertifikasi ESG (Lingkungan - Sosial - Tata Kelola). Ini adalah seperangkat standar untuk mengevaluasi tingkat keberlanjutan dan tanggung jawab sosial suatu bisnis, yang banyak digunakan oleh investor, lembaga keuangan, badan pengatur, dan konsumen di seluruh dunia. Di dalam negeri, tren konsumsi berkelanjutan semakin terlihat jelas, dengan 62% pelanggan Vietnam bersedia membayar lebih untuk produk ramah lingkungan dan 85% supermarket telah sepenuhnya mengganti kemasan plastik dengan bahan ramah lingkungan.
Untuk mengatasi "hambatan" ini, kita harus mengejar dua pendekatan secara bersamaan: meningkatkan tingkat penyerapan kebijakan dukungan dan meningkatkan proporsi produk "hijau" dalam produksi. Pertama, sistem keuangan hijau harus "dibuka" melalui paket kredit skala kecil dengan suku bunga preferensial dan prosedur yang disederhanakan agar mudah diakses oleh bisnis; dan platform data ESG nasional yang terintegrasi harus dibangun. Bersamaan dengan itu, pelatihan ahli karbon dan pembentukan jaringan dukungan teknis regional sangat penting untuk memberdayakan bisnis agar lebih proaktif dalam transisi hijau mereka. Pemerintah harus mempromosikan pengadaan produk hijau untuk proyek investasi publik, mengalokasikan anggaran untuk produk ramah lingkungan, dan menstandarisasi "paspor transparansi" untuk ekspor dengan seperangkat kriteria terpadu tentang ketertelusuran, bahan, dan emisi. Ketika kebijakan selaras dengan kebutuhan pasar, bisnis akan memiliki motivasi untuk bertransformasi.
Dengan tindakan yang terkoordinasi dan tegas, Vietnam dapat mengubah hambatan lingkungan menjadi keunggulan kompetitif baru. Ini bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga strategi penting agar produk-produk Vietnam dapat berkembang dalam tren ekonomi hijau.
Sumber: https://www.sggp.org.vn/go-nut-that-xanh-cho-doanh-nghiep-viet-post820286.html






Komentar (0)