Diskusi ini diselenggarakan dalam format "terbuka", dengan menempatkan suara generasi kreatif muda di pusat, sehingga menunjukkan tanggung jawab, keberanian, dan harapan mereka terhadap masa depan sastra Vietnam.
Dalam pidato pembukaannya, penyair Nguyen Quang Thieu, Ketua Asosiasi Penulis Vietnam, menekankan transformasi besar sastra Vietnam selama setengah abad terakhir, terutama perluasan cakupan kreatif dan tim penulis.
Menurutnya, setelah 1975, wajah sastra dan seni berubah total: kekuatan kreatif meluas baik secara geografis maupun kreatif, termasuk para penulis selatan sebelum 1975, penulis Vietnam di luar negeri, dan komunitas penulis di luar negeri. Diskusi ini diselenggarakan untuk mendengarkan suara kaum muda—mereka yang akan berkontribusi dalam menentukan nasib sastra Vietnam dalam beberapa dekade mendatang.

Kehadiran para penulis muda, baik di dalam maupun di luar Asosiasi, merupakan perwujudan tanggung jawab kewarganegaraan di dunia tulis-menulis. Mereka menggunakan pena mereka untuk menyentuh keindahan hidup yang tersembunyi, menghadapi tuntutan masyarakat modern, dan membawa perspektif yang jujur dan berani bagi sastra negeri ini, tegas Bapak Thieu.
Penyair Huu Viet, Ketua Komite Penulis Muda, meyakini bahwa diskusi tentang "prospek sastra Vietnam" tidak akan lengkap tanpa kehadiran para penulis muda. Diskusi ini merupakan forum bagi suara-suara baru, mulai dari anggota muda hingga penulis non-anggota. Menurutnya, generasi muda berhak memberikan komentar dan penilaian tentang 50 tahun terakhir sastra, termasuk para penulis dan karya yang telah ada sebelum mereka lahir, karena merekalah masa depan sastra Vietnam.
Dalam diskusi tersebut, banyak penulis muda dari berbagai daerah membawa beragam perspektif. Penulis Tran Van Thien (HCMC) mengangkat isu kebebasan berkreasi dan "cara lama" dalam penilaian sastra. Ia menilai bahwa sastra Vietnam selama 50 tahun terakhir telah meraih banyak prestasi dan karya-karya hebat, tetapi masih kurang terobosan untuk membentuk gagasan-gagasan baru. Menurutnya, para penulis muda perlu membebaskan diri dari klise, berani menerima bentuk-bentuk eksplorasi baru, dan berinteraksi dengan sastra dunia sambil tetap mempertahankan identitas mereka sendiri.

Dari perspektif seorang penulis perempuan etnis Tay dari generasi 9X, penulis Phung Thi Huong Ly (Thai Nguyen) berbagi keprihatinannya ketika menulis tentang wilayah pegunungan. Ia percaya bahwa generasi muda harus berjalan di bawah "bayang-bayang besar" para pendahulu seperti Ma Van Khang, Y Phuong, Cao Duy Son, Duong Thuan, Po Sao Min, Inrasara…
Penulis Huong Ly menunjukkan tiga "kemacetan" sastra etnis minoritas saat ini: tema-tema yang mudah diulang, akses terbatas ke ruang, dan tekanan untuk mempertahankan identitas yang kuat yang membatasi bahasa. Ia mengusulkan agar negara dan asosiasi sastra dan seni memperluas ruang akademik bagi para penulis muda etnis minoritas melalui kamp menulis, kelompok riset, dan seminar rutin; sekaligus mendorong mereka untuk berani mencari tema-tema baru yang mencerminkan perubahan kehidupan.

Penulis Le Vu Truong Giang (Hue) melihat sastra muda Vietnam sebagai gambaran berwarna-warni, yang mencerminkan aspirasi kreatif generasi baru dalam menghadapi perubahan sosial.
Ia percaya bahwa para penulis muda, meskipun memiliki perbedaan dalam kisah pribadi, memiliki misi yang sama untuk mengabadikan momen, perjuangan, dan harapan bangsa, sekaligus menggambarkan pemikiran generasi mereka.
Banyak pendapat yang disumbangkan dalam diskusi tersebut sepakat bahwa untuk mengembangkan sastra muda, perlu memperkuat klub-klub penulis muda; menciptakan forum bagi kaum muda untuk berbicara dan didengar; mempromosikan kebijakan penerbitan, media, dan penghargaan khusus bagi penulis muda; dan sekaligus membangun lingkungan kritik yang serius dan objektif. Hal tersebut merupakan fondasi bagi sastra Vietnam untuk berkembang lebih pesat di masa depan.
Sumber: https://congluan.vn/goc-nhin-cua-nhung-nguoi-tre-ve-van-hoc-viet-nam-sau-nam-1975-10317902.html






Komentar (0)