Dua kota yang pernah berkembang pesat di sepanjang Jalur Sutra telah ditemukan menggunakan teknologi pemetaan drone LiDAR yang canggih.
Peneliti temukan tembikar abad pertengahan di situs Tugunbulak di Uzbekistan saat ini - Foto: NBC News
Dulunya merupakan rute yang dilalui para pedagang, kota-kota terbengkalai ini tersembunyi di bawah pegunungan Asia Tengah selama berabad-abad.
Dua Kota yang Hilang, Daerah Perkotaan yang Dulu Ramai
Sebuah studi baru yang diterbitkan pada tanggal 31 Oktober di jurnal Nature telah mengungkap dua pemukiman di Uzbekistan tenggara yang dulunya terletak di sepanjang persimpangan utama jalur sutra.
Penemuan inovatif ini dapat mengubah pemahaman kita tentang Jalur Sutra, jaringan luas rute perdagangan yang membentang dari Cina hingga Mediterania.
Pada peta konvensional, rute perdagangan yang membentang di benua Eurasia diperkirakan menghindari pegunungan Asia Tengah. Namun, penelitian baru ini menunjukkan bahwa jaringan Jalur Sutra jauh lebih luas daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Dengan menggunakan teknologi pemetaan drone modern yang disebut LiDAR - deteksi cahaya dan jangkauan - tim arkeolog menemukan bahwa dua kota Tashbulak dan Tugunbulak dulunya merupakan pusat perkotaan yang ramai meskipun keduanya terisolasi dan berada di ketinggian.
Tim peneliti dipimpin oleh Michael Frachetti, profesor antropologi di Universitas Washington di St. Louis, bersama dengan Farhod Maksudov, direktur Pusat Arkeologi Nasional Uzbekistan.
Tampilan komposit Tugunbulak menggunakan teknologi LiDAR - Foto: NBC News
Tim Frachetti memulai pekerjaan arkeologi di Tashbulak pada tahun 2011, dan penelitian di Tugunbulak dimulai pada tahun 2018. Namun, proyek tersebut terpaksa dihentikan sementara karena pembatasan perjalanan selama pandemi.
Seiring berjalannya waktu, kemajuan teknologi telah merevolusi eksplorasi dan pemetaan pusat perkotaan di area yang sulit diakses karena kendala seperti vegetasi yang lebat.
Berkat sistem penginderaan jarak jauh berbasis drone baru ini, tim menangkap gambar yang memperlihatkan dua area perkotaan besar dengan menara pengawas, benteng, bangunan kompleks, dan alun-alun.
Frachetti dan timnya tidak menyangka teknologi ini akan mengungkap begitu banyak detail. "Kami cukup terkejut ketika gambar-gambar itu digabungkan, karena resolusi tingginya mengungkapkan begitu banyak hal tentang struktur kota secara detail," ujar Frachetti kepada NBC News.
Penelitian terobosan
Meskipun banyak pusat kota besar telah ditemukan di Asia Tengah, sebagian besar kota yang tercatat secara arkeologis terletak di dataran rendah sungai.
Tugunbulak dan Tashbulak berjarak sekitar 5 km dan terletak di ketinggian sekitar 2.100 m di atas permukaan laut. Frachetti mencatat dalam makalah penelitiannya bahwa pusat kota besar di atas 1.800 m sangat jarang.
Tim Williams, profesor arkeologi Jalur Sutra di University College London di Inggris, menekankan pentingnya temuan ini, yang mengungkap lanskap perkotaan pegunungan yang jauh lebih kompleks daripada yang dibayangkan sebelumnya.
"Ini adalah studi inovatif yang menunjukkan bagaimana menggabungkan metode survei non-invasif modern, khususnya survei drone, dapat secara dramatis meningkatkan pemahaman kita tentang lanskap purba dan adaptasi manusia," ujarnya melalui email.
Frachetti membayangkan kota-kota ini sebagai rumah bagi beragam komunitas pengrajin, pedagang, penggembala, elit politik , dan tentara. "Ini adalah permukiman besar dengan pasar yang mungkin ramai, seperti kebanyakan wilayah perkotaan pada masa itu," ujarnya.
Menurut data penanggalan radiokarbon, kedua kota tersebut mengalami kemunduran yang pesat pada paruh pertama abad ke-11, “periode perpecahan politik antara kekuatan-kekuatan dominan,” kata Frachetti.
Penelitian menunjukkan bahwa kedua kota ini menghasilkan besi atau baja untuk dijual, serta bahan bakar bagi para pelancong di Jalur Sutra, dan daerahnya dikelilingi oleh hutan cemara yang lebat.
Kemungkinan besar masyarakat di sana mengeksploitasi sumber daya hutan di sekitarnya secara berlebihan hingga pada titik yang tidak lagi berkelanjutan secara ekonomi , sehingga mengakibatkan penelantaran.
"Kami yakin ada banyak alasan mengapa permukiman ini menurun, dan semoga penggalian arkeologi yang sedang berlangsung akan memberikan jawaban yang lebih jelas di tahun-tahun mendatang," kata Frachetti.
[iklan_2]
Sumber: https://tuoitre.vn/hai-thanh-pho-mat-tich-hang-the-ky-lo-dien-duoi-cong-nghe-moi-20241031215747981.htm






Komentar (0)