Hamas telah mengumumkan pihaknya akan membebaskan sandera akhir pekan ini sesuai rencana, yang menunjukkan konflik baru-baru ini dengan Israel mengenai gencatan senjata telah terselesaikan.
Times of Israel melaporkan pada 13 Februari bahwa Hamas mengumumkan persetujuannya untuk melanjutkan pelaksanaan perjanjian gencatan senjata dan akan membebaskan para sandera sesuai rencana. Pembebasan sandera berikutnya akan dilakukan pada 15 Februari.
Tank Israel di perbatasan dengan Jalur Gaza pada 12 Februari.
Awal minggu ini, Hamas secara tak terduga mengumumkan penundaan pembebasan para sandera dan menuduh Israel melanggar perjanjian gencatan senjata, sementara Tel Aviv membantahnya.
Tahap 1 dari gencatan senjata 42 hari dimulai pada 19 Januari, di mana Hamas setuju untuk membebaskan 33 sandera dengan imbalan ribuan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel. Berdasarkan kesepakatan tersebut, bantuan juga akan ditingkatkan ke Jalur Gaza sementara warga Palestina akan diizinkan untuk kembali ke bagian utara wilayah kantong tersebut.
Sejauh ini, Hamas telah membebaskan 16 sandera Israel dari 33 sandera, selain lima sandera Thailand berdasarkan kesepakatan terpisah.
Hamas menyatakan tidak ingin kesepakatan itu runtuh, seraya menolak ancaman dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump. Kedua pemimpin tersebut mengatakan kesepakatan itu harus dibatalkan jika para sandera tidak dibebaskan.
Pengumuman baru itu dibuat setelah delegasi Hamas yang dipimpin oleh pejabat senior Khalil al-Hayya tiba di Kairo, Mesir, untuk berunding dengan mediator negosiasi.
Hamas mengatakan para pejabat Mesir dan Qatar telah berjanji untuk menyingkirkan penghalang pengiriman bantuan ke Jalur Gaza. Perundingan berfokus pada izin Israel untuk mengizinkan rumah mobil, tenda, obat-obatan, bahan bakar, dan alat berat memasuki Jalur Gaza guna membantu membersihkan puing-puing, lapor Reuters.

Truk yang membawa bantuan di kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 13 Februari.
Saat mengunjungi tentara yang bertempur di Jalur Gaza pada tanggal 13 Februari, Direktur Badan Keamanan Israel (Shin Bet, salah satu dari tiga badan intelijen utama Israel) Ronen Bar mengatakan bahwa pasukan keamanan dan tentara Israel siap untuk eskalasi jika perjanjian gencatan senjata gagal.
Mengenai situasi di Timur Tengah, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengumumkan pada tanggal 13 Februari bahwa musuh dapat menyerang fasilitas nuklir Iran tetapi tidak dapat mencegah Teheran membangun fasilitas baru, menurut Reuters.
Pernyataan itu muncul setelah media AS melaporkan bahwa komunitas intelijen negara itu menilai Israel memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan pendahuluan terhadap fasilitas nuklir Iran tahun ini.
"Mereka mengancam kami akan menyerang fasilitas nuklir. Jika Anda menyerang ratusan fasilitas, kami akan membangun ribuan lagi. Anda bisa menyerang gedung dan lokasinya, tetapi Anda tidak bisa menyerang orang-orang yang membangunnya," kata Bapak Pezeshkian.
[iklan_2]
Source: https://thanhnien.vn/hamas-dong-y-tha-con-tin-nhu-ke-hoach-goi-y-thoa-thuan-ngung-ban-duoc-cuu-185250213201919585.htm
Komentar (0)