| Raksasa baja Korea Selatan, Posco Holdings, juga sedang bersiap membangun kilang nikel di Indonesia. (Sumber: Alpha Biz) |
Selama lima dekade terakhir, Indonesia dan Korea Selatan terus memperkuat kemitraan ekonomi mereka. Omzet perdagangan meningkat dari 185 juta dolar AS pada tahun 1973 menjadi 26 miliar dolar AS pada tahun 2022, menjadikan Indonesia pasar ekspor terbesar ke-11 Korea Selatan.
Di tengah ketegangan geopolitik dan kebijakan proteksionis baru-baru ini di seluruh dunia, kedua negara semakin bekerja sama lebih erat dalam mengelola rantai pasokan industri utama secara efektif.
Salah satu bidang utama adalah kendaraan listrik dan baterai. Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia, bahan utama dalam baterai kendaraan listrik. Menurut data Survei Geologi Amerika Serikat, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar, sekitar 21 juta ton.
Hyundai Motor Group mendirikan pabrik manufaktur pertamanya di Asia Tenggara di Indonesia tahun lalu dan bermitra dengan LG Energy Solution, produsen baterai kendaraan listrik terkemuka di Korea Selatan, untuk membangun pabrik baterai di negara ini. Pabrik ini diharapkan beroperasi penuh tahun depan.
Raksasa baja Korea Selatan Posco Holdings juga tengah bersiap mendirikan kilang nikel di negara tersebut guna memperkuat rantai nilai nikel global.
Potensi kerja sama lainnya adalah infrastruktur. Indonesia berencana memindahkan ibu kotanya dari Jakarta ke kota baru Nusantara di Kalimantan, yang dijadwalkan dibuka pada Agustus tahun depan. Perusahaan-perusahaan seperti Samsung C&T, unit konstruksi Samsung Group, dan Daewoo Engineering & Construction telah bekerja sama dengan Indonesia dan siap berpartisipasi dalam proyek pembangunan kota tersebut.
Karena pemerintah Indonesia berharap untuk mengembangkan Nusantara menjadi kota hijau dan berteknologi tinggi, perusahaan-perusahaan IT juga berbaris untuk mencari peluang bisnis.
Raksasa telekomunikasi Korea Selatan KT Corp dan penyedia layanan TI LG CNS telah menjalin kemitraan dengan Indonesia dalam upaya mengubah Nusantara menjadi “kota pintar” dalam hal manajemen kota dan mobilitas.
Terlebih lagi, perusahaan-perusahaan keuangan Korea Selatan ingin berekspansi di negara dengan populasi besar dan tenaga kerja mudanya. Perekonomian Indonesia mencatat tingkat pertumbuhan 5,31% tahun lalu. Empat bank komersial terkemuka Korea Selatan—KB Kookmin Bank, Shinhan Bank, Hana Bank, dan Woori Bank—semuanya memiliki anak perusahaan di negara terpadat keempat di dunia ini.
Meskipun Indonesia menawarkan beragam peluang dengan ekonominya yang sedang berkembang pesat, Asosiasi Perdagangan Internasional Korea (KITA) juga memperingatkan adanya risiko investasi, dengan menyebutkan Rupiah yang tidak stabil.
"Bagi perusahaan Korea, rupiah yang tidak stabil tetap menjadi ancaman bagi stabilitas pendapatan," ujar seorang pejabat KITA. Seiring dengan kenaikan biaya bahan baku, rupiah telah menguat terhadap dolar sejak tahun lalu, tetapi "kami tidak yakin berapa lama ini akan berlanjut."
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)