Pejabat Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan pada 11 Juli bahwa kementerian berencana untuk merestrukturisasi badan kebijakan Korea Utara untuk berfokus pada strategi baru dan mengurangi tugas-tugas yang terkait dengan masalah militer antar-Korea.
Markas Besar Kementerian Pertahanan Korea Selatan di Seoul. (Sumber: Yonhap) |
Kantor berita Yonhap melaporkan bahwa Kantor Kebijakan Korea Utara di Kementerian Pertahanan Korea Selatan akan berganti nama menjadi Kantor Strategi Korea Utara, unit yang bertugas merumuskan strategi Seoul terhadap Pyongyang.
Perubahan dalam struktur organisasi ditujukan untuk mendukung kemampuan menanggapi ancaman nuklir dan rudal yang berkembang di kawasan tersebut, kata seorang pejabat kementerian.
Unit yang baru direorganisasi ini tidak akan lagi berfokus pada pemeliharaan perjanjian militer dengan Korea Utara, dan akan secara signifikan mengurangi tugas-tugas terkait perundingan militer antar-Korea. Kedua Korea terakhir kali mengadakan perundingan militer tingkat umum di desa perbatasan Panmunjom pada tahun 2018.
Bulan lalu, Seoul menangguhkan perjanjian militer antar-Korea sebagai protes terhadap peluncuran balon sampah oleh Pyongyang dan upaya mengganggu sinyal GPS di sekitar pulau perbatasan barat laut Korea Selatan.
Perjanjian yang ditandatangani pada tahun 2018 tersebut menetapkan zona penyangga darat dan laut serta zona larangan terbang di sekitar perbatasan untuk mengurangi ketegangan dan mencegah risiko bentrokan yang tidak disengaja antara kedua belah pihak.
Perombakan kabinet ini terjadi di tengah ketegangan yang terus berlanjut antara kedua Korea, dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyerukan amandemen konstitusi untuk menunjuk Korea Selatan sebagai “musuh utama dan tidak dapat diubah.”
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/han-quoc-tinh-ke-hoach-cai-to-mot-co-quan-ve-trieu-tien-278321.html
Komentar (0)