Dalam beberapa tahun terakhir, AI telah menjadi salah satu penggerak teknologi paling berpengaruh. AI tidak hanya membuka kemungkinan untuk memprediksi, mendeteksi, dan merespons insiden dengan lebih cepat dan akurat, tetapi juga digunakan oleh penjahat siber sebagai "senjata baru".

Banyak bentuk baru serangan berbasis AI telah muncul (Foto: Kontributor).
Menurut data dari Viettel Threat Intelligence, dalam 6 bulan pertama tahun 2025, unit ini mencatat lebih dari 8,5 juta akun dicuri di Vietnam, hampir 530.000 serangan penolakan layanan terdistribusi (DDoS), 191 kebocoran data dengan lebih dari 3 miliar catatan, tiga kali lebih banyak dari periode yang sama pada tahun 2024.
Secara khusus, banyak bentuk baru serangan berbasis AI telah muncul, mulai dari email phishing yang dipersonalisasi, deepfake palsu hingga malware yang bermutasi sendiri, yang menyebabkan sistem pertahanan tradisional menghadapi banyak tantangan dan tekanan.
Berbicara di CIO CSO Summit 2025, Bapak Nguyen Son Hai, Direktur Keamanan Siber Viettel, mengatakan bahwa kecerdasan buatan (AI) telah membuka banyak peluang, tetapi juga menimbulkan isu-isu baru terkait keamanan informasi. Hal ini perlu dipertimbangkan dan didiskusikan secara menyeluruh.
Menurut para ahli, dalam konteks "revolusi ganda" dari AI, bisnis Vietnam dan pasar keamanan informasi tidak hanya harus merespons, tetapi juga membangun strategi jangka panjang.
Langkah ini bertujuan untuk menguasai teknologi dan membentuk cara operasinya, sehingga AI benar-benar dapat menunjukkan nilainya dan menjadi elemen penting untuk memastikan pembangunan digital yang berkelanjutan.
Sumber: https://dantri.com.vn/cong-nghe/hang-trieu-tai-khoan-bi-danh-cap-chuyen-gia-canh-bao-lua-dao-ai-20250918174019349.htm
Komentar (0)