Lahir dan besar dalam keluarga Dao, Hoang Huu Dinh hafal suara seruling bambu sejak kecil. Tumbuh besar dengan suara seruling, ia menyerap setiap melodi dan setiap "napas" budaya masyarakatnya.
Bagi masyarakat Dao yang mengenakan celana putih, suling bambu bukan hanya alat musik, tetapi juga pendamping sejak lahir hingga kembali kepada leluhur. Dalam upacara kedewasaan, pernikahan, doa untuk panen, atau perayaan desa..., suara suling selalu hadir bagai benang suci yang menghubungkan manusia dengan masyarakat, dengan langit dan bumi, ungkap Bapak Dinh.
Dalam arus waktu yang terus berjalan, ketika banyak nilai-nilai tradisional yang lambat laun mulai terlupakan, hal ini menjadi suatu keprihatinan yang besar bagi seseorang yang memiliki hati yang berat terhadap budaya nasional seperti Tuan Dinh.
Tak hanya menyimpan kecintaannya terhadap suling bambu itu untuk dirinya sendiri, ia juga mengabdikan seluruh hatinya untuk melestarikan dan menyebarluaskan seni suling bambu ke masyarakat.
Selama bertahun-tahun, seniman Hoang Huu Dinh dengan tekun membuka kelas gratis untuk mengajarkan seruling di rumah. Ia dengan cermat mengajarkan setiap tarikan napas, cara menyetel tabung bambu, dan cara merasakan ritme kepada penduduk desa, terutama generasi muda.
Pak Dinh mengaku: Mengajari seseorang bermain seruling itu sulit, mengajari mereka mencintai suara seruling bahkan lebih sulit lagi. Namun, beliau pantang menyerah. Berkat kegigihannya, semakin banyak anak di desa yang datang untuk belajar. Awalnya, rasa ingin tahu, lalu cinta dan hasrat. Kini, suara yang dalam dan tinggi dari seruling bambu tak hanya bergema dari tangannya, tetapi juga dari generasi berikutnya – seperti budaya yang hidup abadi dalam urat nadi bangsa.

Hoang Thanh Thuy dengan gembira berbagi: Awalnya, saya merasa sangat sulit, tetapi berkat pengajaran Pak Dinh yang penuh dedikasi, saya sekarang bisa memainkan beberapa lagu. Mendengarkan beliau bercerita melalui suara seruling pan, saya semakin mencintai budaya etnis saya.
Pada tahun 2022, Bapak Hoang Huu Dinh dianugerahi gelar "Pengrajin Berjasa" oleh Negara—sebuah penghargaan yang pantas atas kegigihannya dalam melestarikan nilai-nilai budaya tradisional masyarakat Dao. Namun, baginya, gelar tersebut hanyalah sebuah tonggak sejarah, yang terpenting adalah suara seruling pan masih bergema di desa dan diteruskan oleh generasi mendatang.
Bapak Nguyen Cong Ha, Wakil Kepala Dinas Kebudayaan Masyarakat Komune Yen Thanh, menilai: Seniman Hoang Huu Dinh yang berjasa merupakan teladan cemerlang dalam upaya melestarikan dan mempromosikan budaya etnis setempat. Beliau selalu antusias mengajar anak-anak di desa dan komune, membantu mereka tidak hanya bermain seruling tetapi juga memahami nilai-nilai budaya kelompok etnis mereka secara mendalam. Pada saat yang sama, beliau juga membuka kelas untuk mengajar membaca dan menulis aksara Nom Dao dan melestarikan nilai-nilai budaya kelompok etnis Dao secara umum. Pemerintah daerah selalu berkoordinasi dengannya untuk menyelenggarakan kelas-kelas ini, berkontribusi dalam memelihara dan mempromosikan identitas nasional dalam konteks integrasi saat ini.

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, kegigihan dan dedikasi Seniman Berjasa Hoang Huu Dinh bagai irama lambat yang berharga, menyadarkan masyarakat untuk mengingat akar dan nilai-nilai budayanya yang tak terlupakan. Berkat beliau—sang "pendongeng tanpa kata" melalui alunan seruling bambu, budaya masyarakat Dao bercelana putih tetap terpelihara, berlanjut, dan menyebar dari generasi ke generasi.
Sumber: https://baolaocai.vn/ke-chuyen-qua-tieng-khen-post882557.html






Komentar (0)