Tren penggunaan bahasa baru dan tidak biasa semakin sering muncul di media sosial.
Lebih dari sekadar tren, variasi linguistik ini menjadi bagian dari "budaya digital" dalam komunitas Gen Z – generasi yang lahir dan dibesarkan dengan teknologi, yang dijuluki "warga digital." Hanya dengan beberapa menit menjelajahi TikTok, Facebook, Instagram, atau platform media sosial yang lebih baru seperti Threads, pengguna dengan mudah menemukan komentar dan video dengan bahasa humor seperti "kehidupan pribadi yang bersih" (alih-alih mengatakan "lajang"), "bahkan novel pun tidak akan berani menulis protagonis sebesar ini" (ketika seseorang terlalu luar biasa), atau "apakah orang tua kita memproduksi massal atau semacamnya?" (ketika mereka melihat betapa miripnya kepribadian semua orang), atau "bisakah kamu mengurangi kekuatan champion ini untukku?" (alih-alih memuji seseorang karena terlalu hebat).
Yang perlu diperhatikan, ungkapan-ungkapan ini tidak hanya lazim di media sosial tetapi juga telah meresap ke dalam kehidupan sehari-hari kaum muda, mulai dari ruang kelas dan kafe hingga meja makan keluarga. Banyak kaum muda menganggap "memperbarui kosakata Generasi Z mereka" sebagai sumber kesenangan dalam berkomunikasi.
Phan Yen Nhi (19 tahun, tinggal di komune Ben Luc, provinsi Tay Ninh ) berbagi: “Setiap kali saya melihat seseorang menggunakan kata baru yang sedang tren, saya sangat bersemangat untuk mempelajarinya dan terus mengikutinya. Beberapa frasa memang aneh tetapi sangat mudah dipahami berkat konteksnya.”
Selain sekadar humor, banyak ungkapan juga menunjukkan permainan kata, metafora, atau pembalikan makna, yang mengejutkan pembaca dan pendengar. Misalnya, alih-alih mengatakan "Aku berharap bisa menghilang ke dalam tanah," anak muda mungkin mengatakan "Meskipun Son Tinh mengusirku, aku tidak akan turun" atau "Ayo, kita naik ke gunung." Variasi-variasi ini menunjukkan kreativitas linguistik yang fleksibel dan kemampuan generasi muda untuk dengan cepat memahami tren.
Bagi Generasi Z, menggunakan frasa yang sedang tren bukan hanya soal humor; ini juga merupakan cara untuk mengekspresikan individualitas dan memandang dunia dari perspektif mereka sendiri. Hal ini menciptakan "bahasa umum" di antara anak muda, menumbuhkan rasa kedekatan dan koneksi di ruang online yang luas. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan bahasa "tren" yang berlebihan dapat menyebabkan kesalahpahaman dan bahkan berdampak negatif pada kemampuan menggunakan bahasa Vietnam standar dalam komunikasi tertulis atau formal.
Ibu Le Thi My Le (yang tinggal di komune Tan Tru) berkata: "Ketika saya mendengar anak saya bercerita bagaimana teman-temannya saling memuji dengan mengatakan, 'Tolong kurangi kekuatan juara ini untukku,' saya tertawa karena itu cara bicara yang sangat lucu. Namun, saya selalu mengingatkan anak saya untuk menggunakan bahasa yang tepat dalam berbagai situasi, terutama dalam lingkungan yang serius, untuk menjaga kemurnian bahasa Vietnam."
Kemunculan dan hilangnya frasa yang sedang tren adalah hal yang normal, tetapi perubahan yang konstan ini menunjukkan fleksibilitas, kreativitas, dan energi yang melimpah dari kaum muda.
Kita tidak seharusnya terlalu kritis atau skeptis terhadap cara berbicara baru ini. Sebaliknya, kita harus memandangnya sebagai bagian menarik dari kehidupan modern – di mana bahasa bukan hanya alat komunikasi tetapi juga alat untuk menjalin hubungan, mengekspresikan kepribadian, dan mencerminkan semangat zaman.
Thi My
Sumber: https://baolongan.vn/khi-gioi-tre-noi-chuyen-theo-trend-a200238.html






Komentar (0)