"Kebakaran tersebut diklasifikasikan sebagai tingkat bahaya tertinggi," ujar Veniamin Kondratyev, gubernur wilayah Krasnodar di Rusia barat daya, melalui Telegram, seraya menambahkan bahwa tidak ada korban jiwa setelah insiden tersebut.
Gambar-gambar di media sosial Rusia menunjukkan api dan asap hitam menyelimuti tangki bahan bakar besar yang diberi label peringatan "mudah terbakar" berwarna merah.
Depot bahan bakar Rusia terbakar di dekat jembatan Crimea (Sumber: Pravda).
Kebakaran terjadi di Desa Volna, kata Bapak Kondratyev. Desa tersebut terletak di dekat Jembatan Krimea yang melintasi Selat Kerch, yang menghubungkan Semenanjung Krimea dengan daratan Rusia.
Insiden ini terjadi beberapa hari setelah serangan pesawat tak berawak membakar depot bahan bakar Rusia lainnya di pelabuhan Sevastopol, Krimea, pada 29 April. Kebakaran tersebut meluas hingga area seluas sekitar 1.000 meter persegi. Rusia menuduh Ukraina berada di balik insiden tersebut.
Kebakaran di depot bahan bakar Rusia di Krasnodar (Sumber: Avia Pro).
Andrii Yusov, perwakilan Dinas Intelijen Militer Ukraina, mengonfirmasi bahwa ledakan di depot minyak Rusia di kota Sevastopol menghancurkan lebih dari 10 tangki minyak berisi sekitar 40.000 ton. Minyak ini digunakan oleh Armada Laut Hitam Rusia yang ditempatkan di Sevastopol. Para pejabat Ukraina mengisyaratkan bahwa Rusia mungkin menghadapi insiden serupa di masa mendatang.
Sevastopol terletak di pesisir barat daya Krimea. Kota pelabuhan strategis ini merupakan markas Armada Laut Hitam Rusia dan telah beberapa kali menjadi sasaran serangan pesawat nirawak dan kapal bunuh diri sejak Rusia melancarkan operasi militernya di Ukraina pada Februari tahun lalu.
Lokasi wilayah Krasnodar (Foto: Guardian).
Ukraina belum mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Sevastopol. Namun, militer Ukraina mengatakan pada akhir pekan bahwa pelemahan sistem logistik Rusia merupakan bagian dari persiapan untuk serangan balasan Kiev yang telah lama ditunggu-tunggu, yang didukung oleh pasokan senjata yang lebih kuat dari Barat.
Dalam perkembangan lain, kanal-kanal Telegram Rusia membagikan informasi tentang ledakan di Krimea pada malam 2 Mei. Radio Liberty mengonfirmasi bahwa ledakan tersebut kemungkinan terjadi di pangkalan penjaga perbatasan Rusia di dekat kota Simferopol di semenanjung Krimea. Rusia belum memberikan komentar mengenai informasi ini.
Rusia mencaplok semenanjung Krimea pada Maret 2014, menganggapnya sebagai wilayah yang tak terpisahkan. Moskow telah berulang kali memperingatkan Ukraina tentang konsekuensi mengerikan jika mencoba menyerang semenanjung tersebut.
Meskipun telah diperingatkan, para pejabat Ukraina bersikeras bahwa mereka akan segera merebut kembali Krimea. Selama sebulan terakhir, militer Ukraina telah mengerahkan pasukan dan peralatan berat ke selatan negara itu, yang menunjukkan bahwa Kiev sedang mempersiapkan serangan balasan skala besar untuk merebut kembali wilayah yang dikuasai Rusia, termasuk semenanjung Krimea.
Mantan Panglima Angkatan Darat AS di Eropa Ben Hodges mengatakan bahwa untuk mendapatkan Krimea, Ukraina perlu menerapkan strategi tiga fase: mengisolasi, menyerang, dan mengendalikan.
Namun, banyak pakar skeptis terhadap kemampuan Kiev untuk merebut kembali Krimea. Pasukan Rusia telah memperkuat pertahanan mereka selama berbulan-bulan sebagai persiapan menghadapi serangan balasan Ukraina di selatan. Tantangan geografis yang unik di Krimea akan menimbulkan risiko besar bagi penyerang.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)