Menurut Dr. Truong Hong Son, Direktur Institut Kedokteran Terapan Vietnam, banyak daerah di Vietnam menghadapi "beban ganda" dalam melindungi kesehatan anak-anak.
Masih terdapat beberapa anak yang kekurangan gizi, dan angka anak-anak yang kelebihan berat badan dan obesitas terus meningkat. Di Dataran Tinggi Tengah, masalah utama masih berupa kekurangan gizi dan defisiensi mikronutrien, terutama defisiensi umum pada kelompok berikut: Zat besi, seng, vitamin A, dan D.
Berdasarkan data survei nasional tahun 2023 dari Institut Gizi ( Kementerian Kesehatan ), angka stunting pada anak di bawah 5 tahun di Vietnam adalah 18,2% (termasuk dalam kelompok negara dengan angka stunting pada anak di bawah 20%, yang merupakan angka rata-rata menurut klasifikasi Organisasi Kesehatan Dunia). Namun, angka ini masih tercatat tinggi di wilayah tengah utara dan pegunungan (24,8%), sementara yang tertinggi berada di Dataran Tinggi Tengah (25,9%).
Terbaru, pada tahun 2023, Institut Higiene dan Epidemiologi Dataran Tinggi Tengah menyatakan bahwa di Provinsi Gia Lai saja (sebelum penggabungan), tingkat anak-anak dengan malnutrisi akut mencapai 8,2% dari total jumlah anak di provinsi tersebut, dengan malnutrisi akut berat mencapai 1,6%. Kasus-kasus ini terutama terkonsentrasi di komune miskin, rumah tangga miskin, serta daerah terpencil dan terisolasi.
Penyebabnya bukan hanya kesulitan ekonomi , tetapi juga kurangnya pengetahuan gizi keluarga dan pengasuh. Banyak keluarga masih percaya bahwa "makan secukupnya sudah cukup", tidak memperhatikan kualitas makanan, dan menerapkan pola makan yang tidak tepat, seperti menyapih anak terlalu dini, tidak makan saat sakit... yang semakin memperburuk situasi ini. Kondisi yang tidak sehat juga membuat anak rentan terhadap diare dan infeksi saluran pernapasan, yang menyebabkan malnutrisi berkepanjangan. Hal ini secara langsung memengaruhi perkembangan intelektual, kemampuan belajar, dan peluang untuk keluar dari kemiskinan di masa depan. Karena UNICEF Vietnam pernah memperingatkan, "Stunting hari ini berarti kehilangan peluang di masa depan".
Tak hanya kesehatan fisik, gizi buruk juga memengaruhi psikologis. Anak-anak dengan defisiensi mikronutrien mudah lelah, sulit berkonsentrasi, dan memiliki prestasi akademik yang buruk. Sementara itu, anak-anak yang kelebihan berat badan rentan terhadap rasa rendah diri, diejek teman, dan berisiko mengalami depresi—sebuah tren patologis yang semakin muda.
Mengingat situasi ini, dalam beberapa tahun terakhir, banyak program intervensi telah dilaksanakan di Dataran Tinggi Tengah. Contoh tipikal adalah proyek replikasi model suplementasi mikronutrien yang diterapkan oleh Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan UNICEF Vietnam di Gia Lai dan Dien Bien. Melalui proyek ini, hampir 9.800 ibu hamil diberikan tablet suplemen, 5.600 anak kecil menerima bubuk multi-mikronutrien, dan lebih dari 500 anak dengan malnutrisi akut berat dirawat pada tahun 2024.
Namun, untuk mengatasi masalah ini secara mendasar, Dr. Truong Hong Son merekomendasikan bahwa ekosistem gizi yang berkelanjutan tetap diperlukan, dengan melibatkan semua pihak. Dari pihak keluarga, mereka tidak hanya perlu memperhatikan asupan makanan lengkap, tetapi juga kualitas dan keragaman makanan, mendorong anak-anak untuk mengonsumsi sayuran hijau, buah-buahan, dan ikan setidaknya tiga kali seminggu. Selanjutnya, sekolah perlu menyusun menu sekolah yang seimbang, menyelenggarakan pendidikan gizi melalui kegiatan ekstrakurikuler. Sektor kesehatan setempat perlu memperkuat pemantauan status pertumbuhan, deteksi dini anak-anak yang kekurangan gizi atau kelebihan berat badan untuk intervensi.
Gizi bagi anak bukan hanya sekadar cerita tentang setiap makanan, tetapi juga masalah perkembangan fisik di masa mendatang, karena setiap makanan sehat hari ini adalah fondasi bagi generasi sehat esok hari.
Sumber: https://baolamdong.vn/khoang-trong-dinh-duong-can-duoc-lap-day-393890.html
Komentar (0)