
Pengetahuan, budaya, dan kreativitas – faktor-faktor kunci yang menentukan daya saing nasional.
Hampir 200 makalah dari 280 cendekiawan, pakar, dan pembuat kebijakan dari Vietnam dan luar negeri berkumpul di Hanoi pada Konferensi Internasional ke-15 "Terlibat dengan Vietnam," yang berlangsung selama empat hari pada pertengahan Desember di Universitas Nasional Vietnam, Hanoi (VNU). Konferensi tersebut mencakup 10 sesi pleno dan 40 sesi paralel, yang semuanya membahas topik tersebut secara mendalam.
Presentasi-presentasi tersebut menunjukkan upaya untuk mengklarifikasi banyak topik penting, termasuk: kondisi dan tantangan terkini dalam pembangunan pengetahuan di era AI; pendorong pertumbuhan baru bagi Vietnam berdasarkan industri budaya; desain, konten digital, dan ekonomi kreatif; masa depan pendidikan tinggi Vietnam dalam konteks inovasi kelembagaan dan teknologi; budaya, warisan, dan identitas di lingkungan digital; dan diskusi tentang kebijakan pembangunan dan integrasi internasional dalam industri budaya.
Menurut Profesor Madya Dr. Dao Thanh Truong, Wakil Direktur Universitas Nasional Vietnam, Hanoi, umat manusia sedang berada di tengah transformasi historis karena kecerdasan buatan tidak hanya mendukung tetapi juga membentuk kembali banyak bidang kehidupan sosial. Universitas Nasional Vietnam, Hanoi, dengan orientasinya untuk menjadi universitas multidisiplin elit, menyadari perlunya menciptakan ekosistem pengetahuan di mana sains dan teknologi, budaya, seni, dan industri kreatif terhubung erat dan saling mendukung untuk mendorong inovasi.
Hal ini juga berfungsi sebagai landasan untuk melatih sumber daya manusia dengan pemikiran interdisipliner, etika profesional, estetika budaya, dan kemampuan kreatif—kualitas yang sulit digantikan oleh AI.
Menurut Wakil Menteri Luar Negeri Nguyen Minh Vu, pengetahuan, budaya, teknologi, dan inovasi menjadi faktor kunci yang menentukan daya saing nasional. Beliau percaya bahwa budaya telah lama menjadi landasan spiritual masyarakat, dan juga kekuatan lunak yang membantu menghubungkan bangsa-bangsa, meningkatkan kerja sama, dan mempromosikan citra Vietnam di dunia.
Dalam konteks AI yang secara dramatis mengubah cara manusia belajar, meneliti, dan berkreasi, budaya memainkan peran yang semakin penting dalam membimbing pengembangan teknologi ke arah yang manusiawi, menghormati identitas, dan menjaga keragaman.
Pendidikan dan Kebudayaan di Era AI: Mendefinisikan Ulang Model Pembelajaran dan Inovasi
Profesor Madya Dr. Nguyen Van Hieu, Rektor Sekolah Ilmu dan Seni Interdisipliner (SIS, Universitas Nasional Vietnam, Hanoi), menegaskan bahwa AI memaksa kita untuk mendefinisikan ulang cara kita belajar dan berkreasi. Model pembelajaran linier tradisional digantikan oleh model interdisipliner yang terbuka, terhubung, dan membutuhkan kemampuan bagi peserta didik untuk mengintegrasikan pengetahuan, pemikiran kritis, etika, kreativitas artistik, dan kemampuan adaptasi yang tinggi dalam lingkungan digital.
Ia menyoroti tantangan yang dihadapi industri kreatif: hak kekayaan intelektual ketika AI berpartisipasi dalam penciptaan; risiko homogenisasi estetika; hilangnya identitas dalam menghadapi model data global; dan masalah etika ketika AI dapat menciptakan gambar palsu, meniru suara seniman, atau menciptakan kembali tokoh yang telah meninggal tanpa persetujuan.
Isu-isu ini membutuhkan lembaga-lembaga baru untuk melindungi keragaman budaya dan memastikan bahwa teknologi melayani umat manusia.
"Saat ini, negara-negara bersaing tidak hanya dengan sumber daya material tetapi juga dengan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai baru dari pengetahuan, desain, teknologi, dan identitas budaya. Namun, hal ini juga menuntut redefinisi tentang bagaimana kita belajar dan berkreasi, terutama dalam konteks era digital," ungkap Profesor Madya Dr. Nguyen Van Hieu.
Secara khusus, perkembangan AI dalam beberapa tahun terakhir tidak hanya mengubah sifat pekerjaan dan masa depan kegiatan kreatif, tetapi juga meninjau kembali sifat manusia, subjek kreatif, hak kekayaan intelektual, etika teknologi, dan peran seni di era pembelajaran mesin.
Menurut Profesor Madya Dr. Nguyen Van Hieu, dalam konteks ini, analisis mendalam tentang hubungan antara pendidikan, pengetahuan, teknologi, kreativitas, dan budaya sangat penting bagi Vietnam.
Industri budaya, yang menargetkan kontribusi sebesar 7% terhadap PDB pada tahun 2030, menjadi mesin pertumbuhan baru berkat kombinasi warisan budaya yang kaya, tenaga kerja muda, dan kemampuan beradaptasi yang cepat terhadap teknologi. AI membuka jalan baru bagi kreativitas: mengotomatiskan produksi konten, desain, film, permainan, pameran virtual, museum digital, dan lain-lain, sekaligus membantu produk-produk kreatif Vietnam mengakses pasar global.
Namun, untuk memanfaatkan peluang ini, menurut Wakil Menteri Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Ta Quang Dong, Vietnam perlu membangun ekosistem interdisipliner yang kuat yang menggabungkan budaya, seni, teknologi, ekonomi, dan media; mereformasi pendidikan secara kreatif ke arah yang terbuka; dan mempromosikan kerja sama internasional di industri budaya.
Diskusi dan rekomendasi dalam lokakarya ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi perencanaan kebijakan, pengembangan industri kreatif, peningkatan kapasitas pendidikan tinggi, dan pembangunan ekosistem pengetahuan Vietnam di era AI.
Sumber: https://daidoanket.vn/kien-tao-tri-thuc-van-hoa-va-giao-duc-trong-ky-nguyen-ai.html






Komentar (0)