Para peneliti di AS telah menemukan bahwa hibrida ular piton Burma dan India lebih beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga memungkinkan mereka untuk menyebar dan berkembang biak lebih cepat.
Ular piton Burma bergelantungan di batang pohon di Taman Nasional Everglades. Foto: R. Cammauf
Hibridisasi menciptakan masalah besar dalam konflik dengan ular piton invasif di Florida. Beberapa tahun lalu, para ilmuwan menemukan sejumlah besar ular piton raksasa yang bersembunyi di rawa-rawa Everglades yang merupakan hibrida hasil perkawinan dua spesies berbeda: ular piton Burma ( Python bivittatus ) dan ular piton India ( P. molurus ). Yang menarik, hibrida tersebut tampaknya beradaptasi lebih baik dengan lingkungan barunya daripada induknya, seperti yang dilaporkan IFL Science pada 21 Oktober.
Sesuai namanya, ular piton Burma dan India berasal dari hutan hujan tropis Asia, bukan rawa-rawa Florida. Para peneliti percaya bahwa mereka diperkenalkan ke negara bagian tersebut pada tahun 1970-an, kemungkinan besar melalui perdagangan hewan peliharaan. Populasi mereka melonjak pada Agustus 1992 ketika Badai Andrew menghancurkan fasilitas penangkaran piton di dekat Everglades, melepaskan sejumlah besar piton ke alam liar.
Lingkungan rawa yang baru sangat cocok untuk ular piton. Ular piton raksasa dengan cepat membentuk populasi berkembang biak, bersaing dengan hewan asli melalui nafsu makan dan keterampilan berburu mereka yang rakus. Sejak populasi ular piton meningkat pesat beberapa dekade lalu, jumlah mamalia kecil seperti kelinci rawa, kelinci ekor kapas, dan rubah hampir menghilang dari Everglades. Sebuah studi tahun 2012 menemukan bahwa populasi rakun di Everglades telah menurun sebesar 99,3%, opossum sebesar 98,9%, dan lynx sebesar 87,5% sejak tahun 1997.
Upaya untuk memerangi populasi ular piton invasif hanya menunjukkan sedikit kemajuan, tetapi para ilmuwan terus memantau populasi ular piton tersebut untuk mencari solusi. Pada tahun 2018, sebuah tim peneliti dari Survei Geologi AS (USGS) melakukan analisis genetik terhadap sekitar 400 ular piton Burma yang ditangkap di area luas di Florida Selatan. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Ecology and Evolution tersebut mengungkapkan bahwa setidaknya 13 ular piton merupakan hibrida genetik antara ular piton Burma dan ular piton India, yang menunjukkan bahwa mereka adalah hasil hibridisasi antar spesies.
"Ular piton di Florida Selatan mungkin dapat dikenali secara visual sebagai ular piton Burma, tetapi secara genetik, ceritanya jauh lebih kompleks," kata Margaret Hunter, seorang ahli genetika di USGS dan peneliti utama.
Biasanya, ketika dua spesies yang serupa kawin silang, keturunannya seringkali dirugikan. Mereka mungkin mandul atau menghadapi banyak tantangan yang membuat mereka kurang cocok dengan lingkungan. Namun, terkadang, kombinasi yang tepat dapat menghasilkan spesies hibrida yang lebih unggul daripada spesies non-hibrida, sebuah fenomena yang dikenal sebagai kekuatan hibrida (hybrid vigor).
"Hibridisasi antarspesies dapat menyebabkan heterosis, yang berarti sifat-sifat terbaik dari kedua spesies diwariskan kepada keturunannya. Heterosis dapat menyebabkan adaptasi yang lebih baik terhadap tekanan dan perubahan lingkungan. Pada populasi invasif seperti ular piton Burma di Florida Selatan, hal ini dapat menghasilkan distribusi yang lebih luas atau penyebaran yang lebih cepat," jelas Hunter.
Sementara itu, perjuangan melawan ular piton invasif terus berlanjut. Salah satu alasan populasi ular piton sangat sulit dikendalikan adalah kemampuan luar biasa mereka untuk menyamarkan diri di habitatnya. Rekayasa genetika dapat memberi para ilmuwan alat baru untuk lebih memahami ancaman tersebut. "Dengan menggunakan alat dan teknik genetika, dan terus melacak pola pergerakan ular piton invasif, kita dapat lebih memahami habitat pilihan mereka dan bagaimana mereka menggunakan sumber daya," kata ahli ekologi Kristen Hart dari USGS, salah satu penulis studi tersebut.
An Khang (Menurut IFL Science )
Tautan sumber






Komentar (0)