Keajaiban kuno di jantung kota pesisir
Menara Kembar, juga dikenal sebagai Menara Hung Thanh, terletak di Jalan Tran Hung Dao, Distrik Quy Nhon, Provinsi Gia Lai (sebelumnya Kota Quy Nhon, Provinsi Binh Dinh), merupakan salah satu dari delapan gugus menara Cham yang tersisa di wilayah tersebut. Dibangun dari akhir abad ke-12 hingga awal abad ke-13, kompleks ini telah berdiri selama sekitar 800 tahun dan merupakan peninggalan arsitektur religius Kerajaan Champa kuno.
Menara Kembar berusia 800 tahun di jantung kota pesisir Quy Nhon
FOTO: DUC NHAT
Monumen ini terdiri dari dua menara. Menara besar tingginya sekitar 22 m, menara kecil lebih dari 17 m, dan pintu utama keduanya menghadap ke selatan. Kedua menara dibangun dari batu bata panggang dengan teknik penyambungan khusus. Hingga saat ini, teknik konstruksi menara tersebut belum sepenuhnya dipahami. Struktur masing-masing menara terdiri dari tiga bagian: dasar menara yang kokoh, badan menara berbentuk persegi, dan puncak menara berbentuk kubah melengkung yang unik.
Di menara besar, ukiran-ukiran indah berupa gadis-gadis menari, biksu yang sedang bermeditasi, dan gajah menciptakan ruang yang kental dengan identitas Cham. Menara kecil juga mempertahankan struktur serupa, tetapi menonjol dengan 13 ukiran rusa yang nakal.
Menurut Dinas Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Gia Lai, seperti menara Cham lainnya, Menara Kembar ini berbentuk persegi, pintu utamanya menghadap ke timur, dan tiga sisi lainnya merupakan tiga pintu palsu. Selain itu, kedua menara ini juga menampilkan ciri khas gaya menara Cham dengan balok-balok besar, lengkungan pintu masuk, dan pintu palsu yang menjulang tinggi seperti mata tombak, serta kolom-kolom di sepanjang dinding yang tinggi dan halus, tanpa pola dekoratif pada permukaan dinding.
Kedua menara dibangun dengan batu bata panggang menggunakan teknik ikatan khusus.
FOTO: DUC NHAT
Bentuk kedua menara ini sangat unik, tidak seperti menara-menara yang sudah ada. Setiap menara memiliki struktur yang terdiri dari dua bagian utama: bagian bawah berupa badan persegi dan bagian atap melengkung. Dari atap ke atas, Menara Kembar tidak menyusut menjadi tiga lantai, melainkan merupakan sistem dari banyak lantai palsu.
Setiap lantai ditandai di keempat sudut menara dengan gambar burung Garuda yang kakinya sedikit ditekuk, memanfaatkan kekuatannya untuk menendang sudut dinding menara, kedua lengannya terentang seolah menopang beban lantai atas menara, wajahnya tegas dan garang seperti ular. Selain itu, terdapat relief hewan-hewan mistis yang dipengaruhi oleh seni Khmer abad ke-12-13.
Atap yang melengkung membuat Menara Kembar ini berbeda.
FOTO: DUC NHAT
Merusak monumen dengan tulisan
Meskipun telah mengalami banyak perubahan historis, kedua menara tersebut masih berdiri tegak di jantung kota, menjadi saksi hidup masa kejayaan budaya Champa. Namun, peninggalan-peninggalan tersebut kini menghadapi risiko degradasi dan kerusakan akibat waktu dan faktor manusia.
Setiap hari, puluhan wisatawan datang untuk mengunjungi dan menjelajahi Menara Kembar. Tak hanya untuk berfoto, banyak wisatawan juga masuk ke dalam menara untuk membakar dupa dan berdoa. Melihat kerusakan yang terjadi pada menara, banyak wisatawan tak kuasa menahan rasa sedih dan penyesalan.
Nama-nama terukir di dinding, 'menodai' peninggalan berusia 800 tahun
FOTO: DUC NHAT
Di dalamnya, batu bata kuno di badan menara telah lapuk. Di beberapa area, batu bata di dindingnya aus dan bergerigi akibat pelapukan.
Terutama di dinding pintu masuk kedua menara, kini dipenuhi gambar-gambar yang saling bersilangan. Bahkan tulisan-tulisan terukir dalam di batu bata. Batu bata yang mudah dijangkau telah menjadi incaran orang-orang yang tanpa sadar menggambar di atasnya. Gambar dan tulisan tersebut sebagian besar dibuat oleh anak-anak muda yang datang berkunjung dan sengaja mengukir nama mereka di dinding menara, kebanyakan nama pasangan, gambar yang mengungkapkan perasaan...
Di dalam menara, dinding bata rusak dan runtuh.
FOTO: DUC NHAT
Ibu Hoang Thi Ngoc, seorang turis asal Hanoi, mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya ia mengunjungi peninggalan ini. Saat ia menginjakkan kaki di dua menara kuno yang telah berdiri selama ratusan tahun, ia mengagumi tangan dan kecerdasan para leluhur dalam membangun struktur tersebut. Namun, ketika ia melangkah masuk ke dalam menara, ia cukup kesal karena melihat peninggalan bersejarah ini telah dirusak. Coretan-coretan kata yang terukir dalam di dinding menara membuat peninggalan tersebut tampak kotor.
"Menara ini dapat berdiri kokoh setelah ratusan tahun diterpa angin dan hujan, tetapi di bawah pengaruh orang-orang yang tidak sadar, menara ini tidak dapat bertahan lama. Tulisan-tulisan ini menciptakan citra yang menyinggung, membuat menara ini tampak buruk di mata wisatawan," ujar Ibu Ngoc.
Sumber: https://thanhnien.vn/thap-doi-800-nam-tuoi-bi-boi-ban-185250730142403373.htm
Komentar (0)