Berdasarkan informasi dari Badan Pengelola Pelabuhan Perikanan Quang Tri , akhir-akhir ini, karena berbagai sebab, alur masuk ke Pelabuhan Perikanan Cua Tung telah mengalami pendangkalan yang serius, terutama di area tengah alur pelabuhan. Hal ini mengakibatkan kapal-kapal penangkap ikan kesulitan untuk berlabuh, terutama kapal-kapal yang panjangnya lebih dari 15 m dan berkapasitas besar, sehingga harus menunggu air pasang tertinggi untuk dapat masuk dan keluar pelabuhan.
Kapal penangkap ikan bernomor BTh 99231 kandas dan tenggelam sepenuhnya di pintu masuk pelabuhan penangkapan ikan Cua Tung pada 22 Januari 2024 - Foto: LA
Sejak awal tahun, jumlah kapal penangkap ikan yang datang dan pergi dari Pelabuhan Perikanan Cua Tung hanya 13 kali, semuanya adalah kapal penangkap ikan lokal. Sedangkan untuk kapal penangkap ikan dari provinsi lain, hanya ada satu kasus, yaitu kapal penangkap ikan bernomor BTh 99231 TS milik Bapak Nguyen Truong Hoai di Kelurahan Tan Phuoc, Kecamatan La Gi, Provinsi Binh Thuan . Kapal tersebut kandas di pintu masuk pelabuhan pada tanggal 22 Januari saat dalam perjalanan menuju area perlindungan badai Cua Tung untuk menghindari angin. Seluruh kapal penangkap ikan senilai 1,6 miliar VND tersebut tenggelam dan rusak parah.
Direktur Badan Pengelola Pelabuhan Perikanan Quang Tri Le Van Son mengatakan bahwa pelabuhan perikanan Cua Tung merupakan tempat yang melayani kegiatan penangkapan ikan dan eksploitasi nelayan di kota Cua Tung (distrik Vinh Linh), kecamatan Trung Giang (distrik Gio Linh), kecamatan tetangga, dan nelayan dari provinsi lain.
Saat ini, karena alur sungai yang dangkal, kapal-kapal nelayan tidak dapat berlabuh sehingga terpaksa menggunakan perahu kecil untuk membongkar muatan hasil tangkapan laut dan membawanya ke darat.
Hal ini menimbulkan kesulitan besar dalam pemantauan kapal penangkap ikan, pengumpulan catatan penangkapan ikan, dan pemantauan hasil eksploitasi produk perairan; sehingga berdampak pada pelaksanaan pemberantasan penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU).
Penerbitan sertifikat bagi hasil perairan yang dieksploitasi juga tidak memungkinkan, sehingga merugikan para pelaku usaha dan nelayan, terutama pelaku usaha yang mengekspor produk-produk seperti cumi-cumi, udang, makerel, herring, dan lain-lain.
Bersandar
Sumber
Komentar (0)