"Itu jelas merupakan serangan IED yang direncanakan," kata Jerry Back, seorang investigator kebakaran dan insinyur senior di Jensen Hughes. "Fakta bahwa beberapa ledakan terjadi secara bersamaan menunjukkan adanya alat peledak kecil yang terpasang di dalam peralatan, yang berarti proses pembuatannya telah diutak-atik."
Pager yang terdampak merupakan bagian dari kiriman baru yang baru-baru ini dikirim ke Hizbullah. Beberapa saksi mata mengatakan mereka menyadari perangkat tersebut memanas sebelum meledak.
Sebuah sumber anonim mengatakan kepada Sky News Arabia bahwa Mossad (intelijen Israel) menyadap peralatan komunikasi, memasukkan bahan peledak plastik kuat Pentaerythritol Tetranitrate (PETN) yang biasa digunakan untuk keperluan militer ke dalam perangkat tersebut dan menghancurkannya sebelum pengiriman mencapai musuh.
“PETN yang mudah meledak ditempelkan pada baterai dan diledakkan dengan menaikkan suhu,” ujar sumber tersebut.
Jon Alterman, direktur program Timur Tengah di Pusat Studi Strategis, mengonfirmasi bahwa informasi Sky News Arabia benar. "Tampaknya rantai pasokan peralatan telah disusupi."
Ledakan di Lebanon dan Suriah mengingatkan kita pada alat peledak rakitan (IED) yang digunakan oleh militan dan teroris di Irak dan Afghanistan.
"Pada dasarnya, ponsel-ponsel tersebut berubah menjadi alat peledak setelah ditempelkan pada bahan peledak lain, seperti C4," kata Back. "Para militan sering meletakkan ponsel-ponsel tersebut di sepanjang jalan, dan ketika konvoi militer lewat, mereka akan menelepon dan meledakkannya."
Masih belum jelas mekanisme pasti apa yang memicu pager menjadi terlalu panas dan meledak, sementara peluang baterai lithium meledak secara spontan hanya sekitar satu berbanding sepuluh juta.
(Menurut NYT, Bloomberg)
[iklan_2]
Sumber: https://vietnamnet.vn/may-nhan-tin-cua-hezbollah-bi-kich-no-hang-loat-2323316.html
Komentar (0)