Inisiatif tersebut, yang disebut Akademi Nasional untuk Pengajaran AI, merupakan program senilai $23 juta yang disponsori oleh Microsoft, OpenAI, Anthropic, bersama dengan Federasi Guru Amerika (AFT) dan Serikat Guru Kota New York (UFT).
Kelompok ini berencana membangun program pelatihan AI untuk guru, termasuk lokakarya, kursus daring, dan sesi pelatihan langsung yang dirancang oleh para ahli dan pendidik AI.
Pengajaran akan dimulai musim gugur ini. AFT bertujuan untuk melatih 400.000 guru, atau sekitar 10 persen dari tenaga pengajar nasional, selama lima tahun, dan secara tidak langsung meningkatkan keterampilan lebih dari 7,2 juta siswa.
Program ini tidak hanya memberikan sertifikat tetapi juga mengintegrasikan kredit pendidikan (CEU), mendorong guru untuk menggunakan AI untuk mempersonalisasi pelajaran, mendukung siswa yang lemah, mengurangi beban kerja dan menciptakan pemikiran kreatif.

400.000 guru Amerika akan dilatih AI dalam 5 tahun ke depan, jutaan siswa akan mendapat manfaatnya. (Sumber: tech.asu.edu)
Selama lima tahun ke depan, Microsoft telah berkomitmen untuk menginvestasikan $12,5 juta dalam pelatihan, sementara OpenAI akan menyumbang $10 juta, termasuk $2 juta dalam bentuk kontribusi non-tunai seperti akses ke sumber daya komputasi. Anthropic sendiri berencana untuk menginvestasikan hingga $500 juta pada tahun pertama saja, dengan potensi untuk terus berinvestasi lebih banyak di masa mendatang.
Perusahaan teknologi yang berpartisipasi juga mendapatkan kesempatan untuk mengumpulkan masukan dari para guru dan menyebarluaskan perangkat AI mereka. Kemitraan pendidikan serupa telah berhasil bagi perusahaan teknologi di masa lalu, seperti meluasnya penggunaan Chromebook Google di ruang kelas.
Akademi baru ini berharap dapat menciptakan model nasional tentang bagaimana sekolah dan guru dapat mengintegrasikan AI ke dalam kurikulum mereka tanpa menambah beban administratif yang sudah sangat membebani sektor pendidikan.
Membawa AI ke dalam kelas: Peluang atau tantangan?
Pengumuman ini muncul di saat sekolah, guru, dan orang tua sedang bergulat dengan cara menerapkan AI di kelas. Banyak pendidik ingin siswa memiliki akses ke teknologi yang mentransformasi pasar kerja, sementara guru sendiri dapat menggunakan AI untuk mengotomatiskan beberapa tugas dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama siswa.
Namun, AI juga menimbulkan pertanyaan etika dan praktis, yang intinya adalah: Jika siswa menggunakan AI untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan guru menggunakan AI untuk menyiapkan rencana pelajaran atau menilai kertas ujian, di mana batasan antara mendukung pembelajaran dan menyalahgunakannya?

Menurut Gallup, 6 dari 10 pendidik menggunakan perangkat AI dan melaporkan penghematan rata-rata enam jam per minggu. (Sumber: berita eSchool)
Beberapa sekolah telah melarang penggunaan AI di ruang kelas, sementara yang lain telah mengadopsi teknologi tersebut. Di New York City, Departemen Pendidikan melarang ChatGPT dari perangkat dan jaringan sekolah pada tahun 2023, sebelum membatalkan keputusan tersebut beberapa bulan kemudian dan mendirikan laboratorium kebijakan AI untuk mempelajari potensi teknologi tersebut.
Menurut Forbes, sejumlah universitas di AS seperti Arizona State University dan California State University telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan OpenAI untuk mengintegrasikan ChatGPT ke dalam proses pembelajaran bagi mahasiswa. Pemerintahan Trump juga mendorong para pendidik untuk menerapkan AI secara luas di sekolah. Namun, kenyataannya, AI belum benar-benar siap untuk menjadi "bintang" dalam dunia pendidikan.
“AI menawarkan potensi yang sangat besar tetapi juga tantangan, dan merupakan tanggung jawab kita sebagai pendidik untuk memastikan bahwa AI melayani siswa dan masyarakat, bukan sebaliknya,” kata Randi Weingarten, presiden Federasi Guru Amerika (AFT).
“Akademi ini akan menjadi tempat bagi para guru dan staf sekolah untuk belajar tentang AI, tidak hanya cara kerjanya, tetapi juga cara menggunakannya secara cerdas, aman, dan etis,” tegasnya.
Mustahil membekali siswa dengan keterampilan tanpa memberdayakan guru.
Berbicara pada acara peluncuran program di New York, Chris Lehane, direktur global OpenAI, menekankan bahwa konten pelatihan akan mencakup pengetahuan dasar tentang AI dan petunjuk tentang penggunaan alat khusus dari Microsoft, OpenAI, dan Anthropic.
Ia percaya bahwa guru tidak hanya menjadi pembelajar tetapi juga dapat berpartisipasi langsung dalam mengembangkan produk AI di masa depan.
“Di K-12, bagaimana kita memastikan siswa dibekali dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk sukses di era yang disebut era kecerdasan?” Chris Lehane berbagi, menekankan bahwa “hal ini hanya dapat dilakukan jika kita memberdayakan guru untuk memimpin perjalanan tersebut.”
Sumber: https://vtcnews.vn/my-mo-hoc-vien-ai-quoc-gia-hang-tram-nghin-giao-vien-len-lop-hoc-cong-nghe-ar953507.html
Komentar (0)