Reuters kemarin mengutip sumber Gedung Putih yang mengatakan bahwa lebih dari 60.000 dari sekitar 2 juta pegawai federal telah setuju untuk berhenti dari pekerjaan mereka untuk menerima kompensasi yang besar.
Merampingkan banyak departemen
Tiga minggu setelah Trump kembali menjabat, berbagai rencana untuk merampingkan pemerintahan federal telah berjalan di berbagai lembaga dan departemen. ABC News, mengutip beberapa sumber yang mengetahui hal ini, mengungkapkan bahwa pemerintahan baru di Washington ingin mengurangi jumlah pegawai Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) dari 14.000 menjadi sekitar 300 orang.
Hanya program USAID yang mengutamakan kepentingan AS yang akan dipertahankan.
CNN melaporkan kemarin bahwa lebih dari 160 pejabat Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) diberi cuti berbayar sementara lembaga tersebut melaksanakan perintah eksekutif Presiden Trump untuk menghilangkan semua kantor dan program yang tidak pantas.
Proses perampingan juga sedang dilaksanakan di National Institutes of Health (NIH), di mana pendanaan untuk proyek-proyek penelitian ditunda sambil menunggu keputusan lebih lanjut. The Wall Street Journal melaporkan bahwa Gedung Putih sedang menyusun perintah eksekutif yang akan memberhentikan ribuan pegawai di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, yang lebih dari 83.000 di antaranya adalah pegawai, menurut Komisi Kesempatan Kerja Setara AS.
Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif di Ruang Oval di Gedung Putih pada tanggal 4 Februari.
Pada hari yang sama, 7 Februari, Reuters mengutip Ketua Komisi Pemilihan Umum Federal, Ellen Weintraub, yang mengatakan bahwa ia telah menerima surat pemecatan dari pemerintahan Trump. Namun, ia mengumumkan akan melawan keputusan tersebut, menurut sebuah pemberitahuan di akun X miliknya (sebelumnya bernama Twitter).
Kendala hukum
Beberapa upaya Presiden Trump untuk segera mereformasi pemerintahan telah tertunda menyusul putusan pengadilan, lapor NBC News. Kemarin pagi (waktu Vietnam), hakim federal George O'Toole Jr. di Boston (Massachusetts) mengeluarkan putusan untuk menunda batas waktu penerapan usulan cuti kerja dengan syarat menerima gaji selama 8 bulan. Batas waktu ini, yang seharusnya berakhir pukul 00.00 tanggal 7 Februari (waktu Vietnam), kini telah diundur ke awal minggu ini (10 Februari) bagi para pejabat untuk mempertimbangkan usulan tersebut.
Selain itu, Dinas Luar Negeri AS dan Federasi Buruh Pemerintah AS telah mengajukan gugatan atas nama pegawai pemerintah federal di Washington, DC. Gugatan tersebut menuduh pemerintahan Trump melakukan tindakan inkonstitusional dan ilegal dengan memerintahkan USAID untuk menghentikan operasinya.
"Tindakan-tindakan ini telah menciptakan krisis kemanusiaan global dengan tiba-tiba mengganggu pekerjaan vital para pejabat, penerima manfaat, dan kontraktor AS. Ribuan pekerjaan di Amerika telah hilang, dan tindakan ini telah merugikan kepentingan nasional AS," demikian bunyi gugatan tersebut. Serikat pekerja berpendapat bahwa Kongres AS memiliki wewenang tunggal untuk membubarkan USAID.
Presiden Trump menjatuhkan sanksi kepada Mahkamah Pidana Internasional
Menanggapi putusan Hakim O'Toole Jr., Gedung Putih mengatakan penundaan sementara dalam penerapan rencana perampingan akan memungkinkan lebih banyak pegawai untuk mempertimbangkan proposal pemerintah. "Kami berterima kasih kepada hakim karena telah memperpanjang batas waktu sehingga banyak pegawai federal yang menolak masuk kerja dapat memanfaatkan tawaran sekali seumur hidup yang sangat menguntungkan ini," Reuters mengutip sekretaris pers Gedung Putih.
Kemarin pagi (waktu Vietnam), Presiden Trump mengumumkan akan mendirikan kantor urusan agama di Gedung Putih dan memerintahkan Jaksa Agung Pam Bondi untuk memimpin unit khusus yang bertujuan menghilangkan prasangka anti-Kristen di pemerintahan federal. Menurut Presiden Trump, pandangannya tentang agama berubah setelah ia mengalami dua rencana pembunuhan yang gagal selama kampanye pemilihannya tahun lalu.
Menteri Bondi juga mengatakan dia membubarkan program yang diluncurkan di bawah Presiden Joe Biden untuk menyita aset oligarki Rusia, menurut AP.
Presiden Trump menjatuhkan sanksi kepada ICC
Kemarin (waktu Vietnam), Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memberikan sanksi kepada Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas tindakannya terhadap AS dan sekutunya, menurut AFP. Baik AS maupun Israel bukanlah anggota ICC. Langkah untuk memberikan sanksi kepada ICC didorong oleh pemerintahan Washington setelah Trump menuduh pengadilan yang bermarkas di Den Haag (Belanda) tersebut melakukan investigasi "ilegal dan tidak berdasar" terhadap AS dan sekutunya, Israel, menurut Reuters yang mengutip pengumuman Gedung Putih. Sanksi tersebut dapat mencakup keputusan untuk melarang masuknya pejabat ICC, serta pejabat, pekerja, dan kerabat mereka. Properti dan aset milik mereka yang ada dalam daftar tersebut juga dapat dibekukan. Menanggapi pengumuman di atas, Belanda, negara tempat ICC berkantor pusat, menyatakan "penyesalan" atas embargo dari AS.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/my-xuc-tien-tinh-gian-bo-may-chinh-quyen-185250207215450351.htm






Komentar (0)