Pejabat Afrika Selatan menegaskan bahwa mereka tidak memasok senjata ke Rusia, membantah informasi yang sebelumnya diberikan oleh Duta Besar AS untuk negara itu.
Menteri Komunikasi dan Teknologi Digital Afrika Selatan, Mondli Gungubele, sekaligus ketua Komite Pengendalian Senjata Konvensional Nasional, menegaskan pada 12 Mei bahwa negaranya tidak pernah memasok senjata ke Rusia. Ia menekankan bahwa tindakan mentransfer peralatan militer ke kapal kargo Rusia yang berlabuh di pelabuhan Afrika Selatan adalah "ilegal dan tidak pantas".
Pernyataan itu muncul sehari setelah Duta Besar AS untuk Afrika Selatan, Reuben Brigety, mengatakan bahwa senjata dan amunisi dimuat ke sebuah kapal kargo yang berlabuh di pangkalan angkatan laut Simon's Town, Afrika Selatan, pada Desember 2022. Kapal yang disebutkan Duta Besar Brigety kemungkinan adalah Lady R, sebuah kapal kargo berbendera Rusia yang dikenai sanksi Barat.
Kapal kargo Lady R berlabuh di Afrika Selatan pada Desember 2022. Foto: Reuters
Kantor Presiden Afrika Selatan juga mengatakan pada tanggal 11 Mei bahwa tidak ada bukti bahwa hal ini telah terjadi, tetapi mengumumkan bahwa mereka telah meluncurkan penyelidikan independen yang dipimpin oleh mantan hakim untuk menyelidiki tuduhan tersebut.
"Kami kecewa karena Duta Besar Brigety telah menunjukkan sikap yang tidak konstruktif. Pernyataannya telah merusak semangat kerja sama bilateral," ujar juru bicara pemerintah Afrika Selatan, Vincent Magwenya.
Departemen Luar Negeri AS juga mengeluarkan pernyataan yang lebih lunak daripada Duta Besar Brigety. "Kami tetap berkomitmen pada isu-isu agenda dengan mitra Afrika Selatan kami," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel.
Afrika Selatan menolak untuk mengutuk perang Rusia di Ukraina, dengan mengatakan pihaknya ingin tetap netral dan mendukung dialog sebagai cara untuk mengakhiri konflik.
Awal tahun ini, Afrika Selatan mengadakan latihan militer gabungan yang kontroversial dengan Rusia dan China, yang menurut para pengamat merupakan bukti kecenderungannya terhadap Kremlin.
Presiden Cyril Ramaphosa mengatakan akhir bulan lalu bahwa partai berkuasa Afrika Selatan yakin negara itu harus menarik diri dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Langkah ini diambil tak lama setelah ICC pada 17 Maret mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan Komisioner Presiden Rusia untuk Hak Anak, Maria Lvova-Belova, atas tuduhan "memindahkan secara ilegal" anak-anak Ukraina ke Rusia.
Namun, kantor Presiden Cyril Ramaphosa kemudian mengklarifikasi bahwa negaranya tidak berencana untuk menarik diri dari ICC, dan mengatakan bahwa pernyataan sebelumnya merupakan "kesalahan komunikasi dari partai Kongres Nasional Afrika (ANC) yang berkuasa".
Vu Anh (Menurut Reuters )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)