Voyager 1 telah mengirimkan data yang tidak berarti sejak akhir November tahun lalu karena sebuah chip pada pesawat ruang angkasa itu mungkin telah terkena partikel berenergi tinggi.
Voyager 1 sedang terbang di ruang antarbintang. Foto: NASA
Selama lima bulan terakhir, wahana antariksa Voyager 1 telah mengirimkan data yang tak terbaca kembali ke Bumi. Sebelumnya, wahana antariksa berusia 46 tahun itu mengirimkan sinyal radio secara teratur saat semakin menjauh dari tata surya. Namun pada November 2023, sinyal-sinyal itu tiba-tiba rusak, yang berarti para ilmuwan tidak dapat membaca data wahana antariksa tersebut dan mereka tidak tahu dari mana asalnya.
Pada Maret 2024, para insinyur NASA mengirimkan sinyal perintah ke wahana antariksa tersebut untuk mengambil informasi yang ditampilkan oleh Flight Data Subsystem (FDS) wahana antariksa tersebut, yaitu sistem yang mengemas data ilmiah dan teknis Voyager 1 sebelum mengirimkannya kembali ke Bumi. Setelah menguraikan respons wahana antariksa tersebut, tim insinyur menemukan bahwa sumber masalahnya adalah memori yang rusak di FDS, Live Science melaporkan pada 5 April.
"Tim teknisi menduga bahwa chip yang bertanggung jawab untuk menyimpan sebagian memori FDS tidak berfungsi," kata NASA dalam sebuah pernyataan. "Para teknisi belum dapat memastikan penyebab masalahnya. Kemungkinan chip tersebut tertabrak partikel berenergi tinggi dari luar angkasa atau sudah aus setelah 46 tahun."
Meskipun memakan waktu beberapa bulan, para insinyur NASA berhasil menemukan cara menjalankan FDS tanpa chip yang terbakar, memulihkan kemampuan pesawat ruang angkasa untuk mengirimkan sinyal, sehingga memungkinkannya untuk terus mengirimkan informasi yang dibaca dari luar tata surya.
Sejak Voyager 1 diluncurkan pada 5 September 1977, wahana antariksa ini telah menjauhi Matahari dengan kecepatan sekitar 17 kilometer per detik. Voyager 1 resmi melintasi ruang antarbintang pada tahun 2012, menjadi wahana antariksa pertama yang melakukannya. Saat ini, Voyager 1 merupakan objek buatan manusia terjauh dari Bumi.
An Khang (Menurut Live Science )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)