| Presiden Rusia Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping bertemu di sela-sela KTT Belt and Road pada 18 Oktober di Beijing. (Sumber: Reuters) |
Pernyataan tersebut berbunyi: “Di sela-sela forum, pertemuan bilateral diadakan antara pelaku bisnis dari kedua negara dan sekitar 20 perjanjian ditandatangani.”
Pada Forum tersebut, menurut Rosneft, Wakil Perdana Menteri Tiongkok Ding Xuexiang mengajukan tiga usulan untuk lebih meningkatkan kerja sama energi. Menurutnya, kedua negara perlu terus aktif mengembangkan infrastruktur di sektor energi, memperkuat kerja sama di bidang energi terbarukan dan pembangunan rendah karbon, serta dengan tegas melindungi keterbukaan dan keterkaitan pasar energi global.
Secara total, sekitar 500 delegasi menghadiri acara Forum tersebut, termasuk politisi , perwakilan dari lebih dari 100 perusahaan terbesar Rusia dan Tiongkok di berbagai industri, ilmuwan, dan pakar.
Menurut kepala Rosneft, Igor Sechin, perusahaan-perusahaan yang berpartisipasi dalam forum tersebut mewakili lebih dari 45% perdagangan antara Rusia dan China. Sechin mencatat bahwa Rusia ingin memperkuat dan meningkatkan kerja sama dengan China di sepanjang rantai nilai energi dan bidang terkait, termasuk teknologi, pasokan peralatan, dan pembiayaan proyek.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, yang menghadiri upacara pembukaan, mengatakan bahwa Rusia melihat potensi besar dalam meningkatkan pasokan energi ke China. Menurut Novak, ekspor energi Rusia ke China pada tahun 2023 meningkat sebesar 17% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022.
Forum ini diselenggarakan di bawah naungan Komisi Kepresidenan Rusia tentang Strategi Pengembangan Kompleks Bahan Bakar, Energi, dan Keamanan Lingkungan serta Administrasi Energi Negara Republik Rakyat Tiongkok, dan diselenggarakan bersama oleh Rosneft dan CNPC.
Forum Bisnis Energi Rusia-Tiongkok VI berikutnya akan diselenggarakan pada tahun 2024 di Federasi Rusia.
[iklan_2]
Sumber










Komentar (0)