.jpg)
Lulus dari jurusan Pedagogi pada akhir tahun 1990-an, Tn. Nguyen Minh Chau memilih pergi ke desa-desa terpencil di distrik Tay Giang, provinsi Quang Nam (sekarang kota Da Nang) untuk memulai karirnya dalam "mengembangkan masyarakat".
Dari hari-hari pertama di sekolah komune Lang yang penuh kekurangan, lalu ke Ch'om, A Tieng…, perjalanan kerja Pak Chau terus berlanjut menyusuri setiap lereng, setiap celah gunung, setiap ruang kelas yang tersembunyi di antara pepohonan. Dari guru menjadi wakil kepala sekolah, lalu kepala sekolah, ke mana pun ia pergi, ia meninggalkan kepercayaan dan kasih sayang dari rekan-rekan senegaranya.
Sejak 2022, beliau menjabat sebagai Kepala Sekolah Tr'hy Primary Boarding School untuk Etnis Minoritas, sebuah sekolah kecil yang terletak di tengah hutan dengan hampir 100% siswanya adalah suku Co Tu. Bagi Bapak Chau, hal terpenting dalam mengajar di dataran tinggi adalah "menjaga agar mata para siswa tetap cerah dan hati mereka tidak takut pada huruf".
Masyarakat Tay Giang berbicara tentang Guru Chau dengan penuh kasih sayang. Tanpa hiasan atau pamer, kenangan tentang sang guru diceritakan dengan lugas dan penuh nostalgia.
Ibu Bhling Thi Xat, yang kini menjadi spesialis di Kantor Komite Partai Komune Tay Giang, masih ingat betul gambaran dari 25 tahun yang lalu: “Saat itu, tahun 1999, hanya ada sedikit guru Kinh di desa. Jalannya sulit, para guru harus berjalan kaki seharian. Guru Chau tersenyum sangat ramah, terkadang saat berjalan di hutan, bajunya basah oleh keringat, tetapi beliau selalu ceria.”
Hadiah-hadiah sederhana: singkong, buah boi loi, dan karung ikan sungai… adalah ungkapan sepenuh hati masyarakat dataran tinggi kepada guru-guru mereka. Dan dalam setiap kisah yang diceritakan, sosok guru muda tahun itu tampak begitu dekat dan ramah, layaknya seorang anak Co Tu di desa tempat ia mengajar.
Poloong Plenh, seorang warga Co Tu, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Departemen Kebudayaan dan Sosial Komune Tay Giang, berkata dengan penuh emosi: “Selama lebih dari dua puluh tahun, mengenang Tuan Chau, saya langsung teringat bagaimana beliau mengajarkan kami untuk mencintai identitas nasional. Beliau mengajarkan kami membaca dan menulis, mengajarkan kami karakter, mengajarkan kami bahwa sebagai warga Co Tu, kita harus menjalani hidup yang indah. Hal-hal itulah yang terus saya ingat hingga sekarang.”
Tak hanya generasi tua, para siswa saat ini pun sangat menghormati guru-guru mereka. Zo Ram Thi Khuyen, siswa kelas 5 di Tr'hy Primary Boarding School, berkata: "Guru sering pergi ke dapur untuk memeriksa apakah beras kami cukup. Ketika hujan deras, guru pergi ke setiap asrama untuk mengamati. Beliau mengatakan bahwa para siswa di sekolah adalah anak-anaknya."
Di mata murid-muridnya, Tuan Chau bukan hanya seorang kepala sekolah, bukan hanya seorang guru, tetapi juga seorang pendukung yang damai di tengah hamparan pegunungan dan hutan.
Di Tr'hy, semua orang akrab dengan pemandangan Tuan Chau yang menantang hujan dan angin untuk memeriksa daerah yang berisiko longsor, atau sosoknya yang duduk diam di dekat api unggun sambil mendengarkan para orang tua bercerita tentang pelajaran anak-anak mereka.
"Di dataran tinggi, kebahagiaan saya terletak pada senyum murid-murid saya. Ketika mereka membaik, saya melupakan semua rasa lelah saya," kata Pak Chau sambil tersenyum lembut.
Mungkin kesederhanaan inilah yang menyempurnakan keindahan profesi guru di alam liar.
Sumber: https://baodanang.vn/nguoi-thay-hon-25-nam-gioo-chu-giua-dai-ngan-tay-giang-3310698.html






Komentar (0)