Baik dan serius
Sore harinya, di sebuah rumah di gang kecil di Ibu Kota Hanoi, Ibu Nguyen Tuong Van, putri sulung kawan Nguyen Luong Bang, menceritakan banyak kisah dan kenangan tentang ayahnya. Kesan yang kami dapatkan adalah sosok seorang ayah yang sederhana, lembut, dan serius bagi keempat putrinya.
Ibu Van mengatakan bahwa ketika ia menjadi Wakil Presiden , ayahnya masih berpesan kepada anak-anaknya untuk belajar mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan terampil agar mandiri dan mengurus diri sendiri. "Ayah saya sering berkata, 'Seperti rumah orang lain, rumah kami pun begitu'. Meskipun kami punya pembantu, jika ingin makan sesuatu yang baru, kami harus pergi ke dapur sendiri. Pembantu itu hanya membantu langkah tertentu dan tidak meminta atau menuntut apa pun. Hal yang sama berlaku untuk hal-hal lainnya," kenang Ibu Van.
Dalam kenangan Ibu Van, Kamerad Nguyen Luong Bang tidak pernah meninggikan suaranya kepada istri dan anak-anaknya. Semasa kecil, Ibu Van pernah keras kepala dan tidak mau sekolah. Kamerad Nguyen Luong Bang tidak memarahinya, tetapi dengan ramah menjelaskan manfaat belajar kepadanya. "Ayah saya bilang kalau tidak belajar kimia, nanti panci besi untuk garam akan pecah. Belajarlah fisika agar kalau bola lampu pecah dan tidak menyala, kita harus mencari tahu letak kerusakannya. Menunggu tukang reparasi hanya buang-buang waktu. Belajarlah sastra agar saat lapar, kita bisa bilang ingin makan, dan ungkapkan kalimat yang tidak perlu indah, tetapi lengkap dan bermakna," kata Ibu Van.
Dekat dan intim
Mengenai hal-hal lain, kawan Nguyen Luong Bang juga dengan cermat menganalisis untung ruginya sehingga anak-anaknya dapat mempertimbangkan dan membuat pilihan mereka sendiri tanpa pernah memaksakan apa pun.
Hal yang sama terjadi pada Ibu Van ketika ia bergabung dengan tentara pada usia 18 tahun. "Saat itu, ada dua tahun mobilisasi umum berturut-turut, yaitu tahun 1969 dan 1970. Ayah saya memanggil saya dan mengatakan ada sesuatu yang ingin dibicarakannya dengan saya: 'Kita tidak punya anak laki-laki. Saya ingin salah satu dari mereka bergabung dengan tentara, dan kamu yang tertua. Menunggu adik-adikmu mungkin sudah terlambat. Sekarang kita sedang menjalani mobilisasi umum, mungkin akan lebih mudah bagimu untuk bergabung,' kata Ibu Van.
Dilatih untuk mandiri sejak kecil, Ibu Van tidak ragu untuk menjadi sukarelawan militer ketika ayahnya memintanya, meskipun kesehatannya sedang kurang baik saat itu. Setelah 3 tahun bertugas di militer, melihat putranya sering sakit, Kamerad Nguyen Luong Bang menyarankannya untuk mengajukan mutasi ke industri museum agar tidak mengganggu pekerjaannya dan mengganggu orang lain.
Sebagai putri sulung Bapak Nguyen Luong Bang, Ibu Van pernah berpesan kepada ayahnya: "Kamu adalah burung pemimpin, kamu harus terbang ke arah yang benar untuk memimpin kawanan burung ke arah yang benar." Sang ayah hanya menyebutkannya sekali, tetapi Ibu Van selalu mengingat dan mengingatkannya dalam hati.
Ibu Van mengatakan bahwa bahkan ketika ia sudah dewasa dan bersiap untuk menikah, ayahnya selalu khawatir dan memberinya nasihat yang sangat teliti. "Melihat saya memiliki kepribadian yang kuat, ayah saya berpesan bahwa dalam kehidupan berkeluarga, saya perlu lebih lembut, tahu cara mendengarkan, bersimpati, dan berbagi," kenang Ibu Van dengan penuh emosi.
Ayah adalah fajarku
Saat membolak-balik halaman buku "Elder Brother Nguyen Luong Bang", kami menyadari bahwa di hampir setiap foto, sang kawan tersenyum cerah. Ibu Van mengatakan bahwa meskipun pekerjaan selalu sibuk dan penuh tekanan, ayahnya sangat ceria dan humoris. "Saat makan, orang tua saya sering bercanda dan banyak tertawa. Setiap kali kami melihat mereka berdua tidak banyak bicara atau tertawa saat makan, saya dan saudara perempuan saya akan berbisik-bisik dan menduga bahwa orang tua saya sedang marah satu sama lain," kenang Ibu Van.
Ibu Van mengatakan bahwa ia hanya menduga orang tuanya kurang humoris, tetapi ia belum pernah melihat mereka berdua bertengkar atau meninggikan suara di depan anak-anak mereka. Biasanya, Bapak Nguyen Luong Bang dan istrinya rukun. "Ayah biasanya yang mengajukan gagasan dan kebijakan, sementara ibu yang melaksanakannya dengan konsensus tinggi. Pengembalian rumah kepada Partai dan Negara setelah orang tua itu meninggal juga dilakukan oleh ibu sesuai keinginan ayah," kata Ibu Van.
Kepada orang-orang yang bertugas di sekitarnya, Kamerad Nguyen Luong Bang selalu dekat dan ramah. Ibu Van bercerita bahwa suatu hari sopir menjemputnya hampir satu jam terlambat karena sakit perut. Mengetahui alasannya, Kamerad tidak memarahinya, tetapi menyuruh sopir untuk segera memeriksakan kesehatannya untuk mengetahui penyakit apa yang dideritanya.
Mengenang keluarganya saat orang tuanya masih ada, Ibu Van mengatakan keluarganya tampak sangat kaya, tetapi juga sangat miskin. Meskipun kawan Nguyen Luong Bang memegang banyak posisi penting, kehidupan dan gaya hidup di rumah itu tidak terlalu istimewa. "Ayah saya sering mengajarkan anak-anaknya untuk selalu hidup tulus, dekat, dan sederhana. Beliau berkata, 'Rumah kita seperti rumah rakyat. Apa yang dekat dengan rakyat tidak boleh asing bagi rumah kita,'" kata Ibu Van.
Menceritakan tentang Wakil Presiden Nguyen Luong Bang, Ibu Nguyen Tuong Van menegaskan bahwa awal mula hidupnya adalah teladan ayah dan ibunya.
SALJU DAN ANGINSumber
Komentar (0)