Output tidak stabil
Mengusahakan kebun murbei berkulit hijau seluas 1,5 hektar selama hampir 15 tahun, harga jualnya selalu rendah, membuat kehidupan Bapak Pham Van Tan (distrik Phong Dien, kota Can Tho ) masih belum membaik.
Meskipun ia seorang pekebun veteran, merawat stroberi berkulit hijau agar menghasilkan banyak buah berkualitas bukanlah hal yang sulit bagi petani tua ini. Namun, hasil panen yang tidak stabil dan pedagang yang menekan harga telah mendistorsi keuntungan yang diterima Pak Tan.
"Harga stroberi yang dibeli pedagang langsung dari kebun hanya berfluktuasi antara 16.000 - 19.000 VND/kg, yang tergolong rendah dibandingkan harga pasar. Bahkan, pedagang pernah menawar dengan saya seharga 14.000 VND/kg. Dengan harga semurah itu, bagaimana saya bisa untung?", ujar Pak Tan.
Begitu pula dengan Bapak Nguyen Van Tam (Kecamatan Phung Hiep, Provinsi Hau Giang ) yang memiliki lahan kebun sirsak seluas 0,6 hektar sebagai sumber penghasilan utama keluarganya, setiap kali musim panen tiba, harga anjlok, bahkan ada yang gagal panen dan pedagang pun terpaksa menurunkan harga.
"Jika panen bagus dan harganya tinggi, setelah dikurangi semua biaya, keluarga akan memiliki sedikit sisa untuk menutupi biaya hidup mereka. Jika harga dipaksa turun dan tidak ada hasil panen, itu akan dianggap kerugian total," kata Bapak Tam.
Temukan cara untuk beradaptasi
Khawatir tentang bagaimana menghindari keharusan membayar harga yang lebih tinggi dan memiliki kehidupan yang lebih baik, Tuan Tam secara proaktif berusaha beradaptasi, meneliti, dan mempelajari cara mengolah sirsak segar menjadi teh sirsak untuk memasok pasar.
Menurut Pak Tam, awalnya, ketika pertama kali melakukannya, ia menghadapi banyak kesulitan dan kegagalan. Namun, mengingat kerja kerasnya sepanjang tahun, harus menjual hasil panen dengan harga rendah, dan kehidupan yang belum membaik, ia pun bertekad untuk melakukannya.
"Ketika saya memiliki kantong teh pertama yang tersertifikasi OCOP bintang 3, saya memasarkan produknya secara daring, dan ketika pelanggan mengetahuinya, semakin banyak pesanan yang datang. Sekarang keluarga saya juga membeli srikaya segar dari penduduk setempat untuk membuat teh. Setiap bulan, kami menjual lebih dari 300 kg teh ke pasar, menghasilkan 20-30 juta VND, membuat hidup lebih stabil," kata Bapak Tam.
Demikian pula, memanfaatkan perkembangan jejaring sosial, Ibu Pham Thi Y (distrik Phong Dien, kota Can Tho) menjadi "barefoot streamer", berjualan durian di platform digital.
“Di era 4.0, kami harus mencari cara untuk mengikuti tren. Kami hanya bertumbuh dan menunggu pembeli. Jika terpaksa menurunkan harga, kami tidak akan bisa untung. Saya hanya mengunggah produk secara daring dan melakukan siaran langsung untuk dijual tanpa perlu pedagang. Dari harga jual hingga kuantitas, saya yang mempertimbangkannya sendiri, jadi keuntungannya juga lebih baik,” ujar Ibu Y.
[iklan_2]
Sumber: https://laodong.vn/kinh-doanh/nong-san-bap-benh-nong-dan-tu-livestream-tim-dau-ra-1342746.ldo
Komentar (0)