
Seekor induk dan bayi orangutan ditemukan di rawa gambut Lumut Maju, Indonesia - Foto: MONGABAY
Menurut Mongabay pada 17 Oktober, peneliti Indonesia baru saja menemukan keberadaan populasi orangutan Tapanuli ( Pongo tapanuliensis ) - salah satu primata paling langka di dunia - di rawa gambut Lumut Maju, 32 km dari daerah yang pernah dianggap sebagai satu-satunya habitat spesies ini di hutan Batang Toru, provinsi Sumatera Utara.
Pada akhir September 2025, tim peneliti dari Organisasi Konservasi Orangutan Sumatera (YOSL-OIC) berjalan selama berjam-jam melalui vegetasi yang lebat untuk mengamati dan memfilmkan induk dan anaknya di hutan sekunder dekat desa Lumut Maju di kabupaten Tapanuli Tengah.
Ini adalah penampakan pertama orangutan Tapanuli yang tercatat di wilayah perbatasan Samudra Hindia ini.
Sebelumnya, survei yang dilakukan pada tahun 2022 hingga 2024 di kawasan rawa gambut menemukan lebih dari 20 sarang orangutan baru dan sampel feses, tetapi tidak ada orangutan yang ditemukan. Setelah analisis DNA, para peneliti mengonfirmasi bahwa sarang-sarang tersebut merupakan spesies orangutan Tapanuli.
Pertemuan langsung pertama antara tim peneliti dan orangutan Tapanuli di Lumut Maju terjadi pada bulan Oktober 2024.
Penemuan ini memperluas jangkauan distribusi spesies ini yang sebelumnya diperkirakan terbatas pada wilayah Batang Toru.
Menurut YOSL-OIC, penemuan ini memberikan informasi penting untuk strategi konservasi, menyoroti pentingnya hutan rawa gambut sebagai habitat potensial bagi spesies orangutan yang terancam punah ini.
Orangutan Tapanuli diumumkan sebagai spesies baru pada tahun 2017, tetapi memiliki sejarah evolusi tertua di antara semua orangutan, terpisah dari nenek moyang yang sama 3,4 juta tahun yang lalu. Ciri-cirinya yang menonjol adalah pipi datar, rambut keriting, dan kesukaannya memakan tumbuhan langka.

Orangutan dewasa ditemukan di rawa gambut Lumut Maju, Indonesia - Foto: MONGABAY
Hanya sekitar 800 individu yang tersisa di alam liar, menjadikan orangutan Tapanuli primata besar paling terancam di dunia menurut Daftar Merah IUCN. Populasi baru di Lumut Maju, meskipun kemungkinan hanya beberapa lusin individu, membuka peluang untuk lebih memahami jangkauan dan susunan genetik spesies ini.
Namun, habitat di Lumut Maju tidak berada dalam kawasan lindung Indonesia dan sedang berkurang dengan cepat akibat reklamasi lahan dan perluasan perkebunan kelapa sawit.
Pada tahun 2025, kurang dari 1.000 hektar hutan akan tersisa, yang secara serius mengancam habitat orangutan. Para ahli mengatakan bahwa menghubungkan atau merelokasi individu-individu orangutan ke Batang Toru—hutan yang lebih luas dan lebih terlindungi—dapat menjadi solusi jangka panjang untuk menjaga keanekaragaman genetik spesies tersebut.
Menurut peneliti Wanda Kuswanda yang bekerja di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), keberhasilan konservasi orangutan Tapanuli memerlukan “koeksistensi berkelanjutan” antara manusia dan primata tersebut – yang mana kebutuhan bertahan hidup dan penghidupan perlu diseimbangkan dalam ekosistem yang sama.
Sumber: https://tuoitre.vn/phat-hien-moi-ve-loai-linh-truong-hiem-bac-nhat-the-gioi-20251017210239555.htm
Komentar (0)