Itulah informasi yang dibagikan oleh Bapak Le Quang Tu Do, Direktur Departemen Radio, Televisi, dan Informasi Elektronik ( Kementerian Informasi dan Komunikasi ) - pada konferensi pers rutin kementerian pada sore hari tanggal 6 Maret.
Menurut Bapak Tu Do, bagi artis dan influencer media sosial (KOL) yang membuat pernyataan menyimpang atau tidak benar, saat ini sesuai ketentuan, sanksi atas perilaku tersebut adalah 5 juta hingga 10 juta VND, Kementerian Informasi dan Komunikasi sering memilih sanksi tengah sebesar 7,5 juta VND.
"Secara umum, bagi sebagian masyarakat, denda sebesar 7,5 juta dolar AS berdampak besar. Namun, bagi sebagian orang, seperti selebritas, artis, pemimpin redaksi, dll., bahkan mereka yang berbisnis dan mencari keuntungan di media sosial, denda ini belum cukup memberikan efek jera," ujar Bapak Tu Do.
"Riset internasional menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, berapa pun denda yang dinaikkan, tidak cukup memberikan efek jera, terutama bagi artis yang memiliki miliaran dong dalam iklan, atau seperti kasus Ibu Phuong Hang. Denda administratif saat ini tidak cukup memberikan efek jera," tegas Direktur Departemen Informasi Radio, Televisi, dan Elektronik.
Bapak Do mengatakan, untuk mengatasi hal tersebut, saat ini Kementerian Komunikasi dan Informatika sedang mengajukan kepada Pemerintah Peraturan Pemerintah Pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2014 tentang Peraturan Pemerintah tentang Kegiatan Berbicara di Dunia Maya.
Keputusan ini diperkirakan akan diterbitkan Pemerintah pada pertengahan tahun 2024. Pada saat itu, Kementerian akan memberikan saran untuk meningkatkan denda, serta menambahkan sanksi yang lebih tinggi daripada sanksi administratif untuk pelanggaran di dunia maya.
Bagi artis dan selebritis yang mendapat perhatian dan pengaruh dari masyarakat, Kementerian Komunikasi dan Informatika masih berkoordinasi dengan Kementerian Kebudayaan, Olahraga , dan Pariwisata untuk menerbitkan peraturan tentang koordinasi pembatasan penyiaran (media sosial menggunakan kata "larangan") bagi artis dan selebritis yang telah melanggar hukum.
"Ini konten baru, menunggu instruksi dari Partai. Kedua kementerian akan segera memulai kembali penerbitan peraturan. Selain sanksi administratif, pembatasan siaran juga merupakan cara untuk memberikan efek jera bagi seniman yang membuat pernyataan tidak benar dan tidak sesuai standar," ujar Bapak Do.
Bapak Tu Do menegaskan: Bagi Kementerian Informasi dan Komunikasi, tidak ada area terlarang atau pengecualian dalam hal sanksi.
"Namun, ada beberapa kasus di mana identitasnya tidak dapat ditentukan karena banyaknya identitas virtual di dunia maya. Beberapa kasus melibatkan orang-orang yang tinggal di luar negeri... Oleh karena itu, mengidentifikasi pelanggar untuk penanganannya masih sulit," jelas Bapak Tu Do.
"Peraturan Nomor 72 yang akan datang akan mengatur identifikasi pengguna melalui telepon di jejaring sosial. Langkah ini akan membantu verifikasi identitas di jejaring sosial lebih cepat dan akurat," ujarnya.
TBC (menurut Tuoi Tre)Sumber






Komentar (0)