ANTD.VN - Otoritas pajak sedang menyusun amandemen terhadap peraturan tentang prosedur pendaftaran pajak untuk bergerak maju menggunakan nomor identifikasi pribadi sebagai kode pajak.
Dalam rancangan Surat Edaran yang mengubah dan melengkapi sejumlah pasal tentang pendaftaran pajak dan transaksi elektronik di bidang perpajakan, Kementerian Keuangan mengusulkan perubahan sejumlah isi dalam Surat Edaran No. 105/2020/TT-BTC tentang Pedoman Pendaftaran Pajak.
Secara khusus, rancangan tersebut melengkapi ketentuan yang menyatakan bahwa Nomor Induk Kependudukan yang diberikan kepada orang pribadi berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor Induk Kependudukan, digunakan sebagai kode pajak dalam hal: orang pribadi, perwakilan rumah tangga sesuai ketentuan huruf k, l, n, Ayat 2, Pasal 4 Surat Edaran ini (kecuali orang pribadi pelaku usaha yang menggunakan kode pajak yang diberikan sesuai ketentuan huruf a.2, huruf h, Ayat 3, Pasal 5).
Rancangan undang-undang ini juga mengubah dan melengkapi klasifikasi struktur kode pajak. Dengan demikian, kode pajak 10 digit digunakan untuk organisasi dan individu, termasuk: Badan Usaha, koperasi, organisasi berbadan hukum, atau organisasi tanpa badan hukum tetapi secara langsung menanggung kewajiban perpajakan; Rumah Tangga Usaha, badan usaha yang menanggung kewajiban perpajakan dari kegiatan usaha; Individu yang belum atau tidak akan diberikan Nomor Induk Kependudukan (NIK) sesuai ketentuan Undang-Undang tentang Identitas Kewarganegaraan.
Wajib pajak yang merupakan rumah tangga usaha atau perorangan usaha yang menjalankan kegiatan usaha di beberapa lokasi akan diberikan kode pajak 13 digit untuk lokasi usaha berikutnya dari rumah tangga usaha atau perorangan usaha tersebut.
Nomor identifikasi pribadi akan digunakan sebagai kode pajak. |
Konten penting lainnya dalam rancangan tersebut adalah bahwa Kementerian Keuangan mengusulkan untuk mengubah dan menambah peraturan tentang catatan, prosedur, dan tata cara pendaftaran pajak untuk memenuhi kebutuhan individu yang menggunakan nomor identifikasi pribadi sebagai kode pajak.
Oleh karena itu, terdapat 2 prosedur untuk memverifikasi informasi wajib pajak. Secara spesifik:
Kasus pertama adalah bahwa Pangkalan Data Kependudukan Nasional (NDS) belum secara aktif mengirimkan informasi ke Pangkalan Data Perpajakan (TDB).
Dalam hal ini, otoritas pajak tidak diperbolehkan memberikan informasi identifikasi pribadi secara proaktif untuk masuk ke dalam sistem manajemen pajak. Oleh karena itu, individu tetap harus melakukan prosedur pendaftaran pajak dengan otoritas pajak untuk mulai menggunakan nomor identifikasi pribadi sebagai kode pajak, atau mendaftarkan perubahan informasi kepada otoritas pajak.
Prosedur yang disederhanakan adalah wajib pajak tidak harus melaporkan kembali informasi yang sudah ada dalam Basis Data Pajak Nasional (termasuk alamat tetap, alamat saat ini karena otoritas pajak akan secara otomatis mengintegrasikan informasi ini dari Basis Data Pajak Nasional) dan tidak harus menyampaikan salinan kartu identitas/kartu tanda penduduk (digantikan oleh otoritas pajak dengan menggunakan layanan autentikasi informasi nomor identifikasi pribadi dari Basis Data Pajak Nasional).
Berdasarkan informasi pendaftaran pajak wajib pajak, otoritas pajak mengirimkan permintaan ke Basis Data Nasional. Setelah menerima respons, otoritas pajak menggunakan data yang diautentikasi oleh Basis Data Nasional untuk memproses berkas pendaftaran pajak wajib pajak, menetapkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai kode pajak, atau memperbarui informasi yang diubah.
Kasus kedua adalah bahwa Basis Data Nasional secara aktif mengirimkan informasi ke Basis Data Nasional. Dalam hal ini, individu dapat menggunakan NPWP mereka sebagai kode pajak segera setelah diterbitkan, dan otoritas pajak secara otomatis mengaktifkan NPWP tersebut sebagai kode pajak ketika individu tersebut mengajukan SPT pertama.
Jika seseorang mengubah informasi, otoritas pajak akan secara otomatis memperbarui informasi yang berubah sesuai dengan informasi yang dikirimkan dari Basis Data Pajak Nasional.
Rancangan Surat Edaran tersebut mengatur bahwa bagi orang pribadi yang belum memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2020 tentang Identitas Kependudukan, apabila telah terdaftar dan mengaktifkan akun identitas elektronik tingkat 2 sesuai dengan ketentuan Pasal 14 Ayat 2, Pasal 15 Ayat 2, dan Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 59/2022/ND-CP, serta telah terhubung dan beroperasinya sistem identifikasi dan autentikasi elektronik serta Portal Informasi Elektronik Direktorat Jenderal Pajak, dapat menggunakan akun identitas elektronik untuk melakukan pendaftaran wajib pajak di kantor pajak secara elektronik sesuai dengan ketentuan Surat Edaran Nomor 105/2020/TT-BTC tanpa perlu melampirkan fotokopi Paspor atau dokumen identitas pribadi lainnya yang telah terintegrasi dengan akun identitas elektronik.
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)