Selain faktor psikologis, kebiasaan menggertakkan gigi juga dapat menyebabkan gigi aus dan retak - Foto: BVCC
Menurut Dr. Bui Thi Thu Hien (departemen gigi, Rumah Sakit Militer Pusat 108), kebiasaan menggertakkan gigi dapat terjadi saat tidur atau terjaga, yang menyebabkan efek negatif pada area mulut dan wajah serta psikologi pasien.
Menurut penelitian di seluruh dunia , kebiasaan menggertakkan gigi saat tidur terjadi di masyarakat pada tingkat 12,8 ± 31% pada orang dewasa, sedangkan tingkat kebiasaan menggertakkan gigi saat terjaga adalah 22,1% - 31%.
Kebiasaan menggertakkan gigi dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa, dan semakin umum terjadi di kalangan masyarakat umum dan kaum muda.
Penyebab gigi bergemeretak
Menurut dr. Hien, kebiasaan menggertakkan gigi disebabkan oleh gabungan berbagai faktor. Faktor tersebut meliputi faktor lokal seperti kelainan gigitan (saat gigi tumbuh, mahkota gigi yang tidak pas, dan sebagainya), faktor psikologis (cemas, stres, dan sebagainya), serta faktor neurologis yang erat kaitannya dengan stres dan gangguan tidur, yang dianggap sebagai penyebab utama kebiasaan menggertakkan gigi.
Menurut ahli ini, menggertakkan gigi tidak terlalu berbahaya dan perlu segera ditangani seperti beberapa penyakit mulut akut lainnya.
Namun dalam jangka panjang, penyakit ini dapat memengaruhi kualitas hidup, menimbulkan beberapa komplikasi seperti gigi retak, gigi aus yang menimbulkan rasa sakit, restorasi gigi yang rusak (tambalan, mahkota), pengeroposan tulang di sekitar implan, disfungsi sendi temporomandibular (tidak dapat membuka mulut, mulut terbuka bengkok, nyeri sendi temporomandibular saat mengunyah), nyeri otot wajah (kelelahan rahang, sakit kepala)...
Selain itu, pasien juga dapat mengalami tinitus, pusing, dan gejala psikologis seperti kecemasan, stres, dan insomnia. Suara gemeretak gigi saat tidur dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang-orang di sekitar.
Oleh karena itu, bruksisme perlu dipertimbangkan dan didiagnosis sebelum melakukan intervensi gigi apa pun. Diagnosis bruksisme dilakukan melalui kuesioner, pemeriksaan langsung, penggunaan Bruxchecker, dan elektromiografi di bawah pengawasan dokter gigi.
Bagaimana cara mengatasi gigi bergemeretak?
Dr. Hien mengatakan bahwa perawatan gigi gemeretak bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, mengurangi dampak pada gigi, memulihkan sendi temporomandibular, dan membatasi gigi gemeretak yang berkelanjutan. Perawatan ini membutuhkan koordinasi dari banyak spesialis di bidang kedokteran gigi dan bidang terkait.
Pengobatan untuk mengendalikan faktor psikologis dan penyakit neurologis
Kebiasaan menggertakkan gigi akibat faktor psikologis dan penyakit saraf memerlukan penerapan cara-cara yang dapat membantu mengurangi stres, seperti mengubah lingkungan (mendengarkan musik yang menenangkan, mandi air hangat sebelum tidur), rutin berolahraga ringan, meditasi yang menenangkan, mengatasi gangguan tidur, pijat wajah, menghindari penggunaan zat-zat perangsang terutama pada malam hari sebelum tidur.
Selain itu, dokter dapat meresepkan obat untuk mengatasi kebiasaan menggertakkan gigi guna mengurangi kontraksi otot pengunyah berlebihan akibat kebiasaan menggertakkan gigi (pelemas otot, pereda nyeri), mengendalikan stres atau masalah psikologis (antidepresan, obat antikecemasan).
Intervensi gigi
Perawatan gigi membantu melindungi gigi dari efek berbahaya akibat kebiasaan menggertakkan gigi dan mengobati konsekuensi yang disebabkan oleh kebiasaan menggertakkan gigi.
Intervensi gigi yang umum dalam penanganan gigi gemeretak meliputi penggunaan belat anti-gesek untuk melindungi permukaan gigi dari keausan dan merelaksasikan otot-otot pengunyah. Penyesuaian gigitan untuk mengurangi dampak berlebihan pada otot-otot pengunyah dan gigi. Mengembalikan bentuk gigi, dan mengembalikan gigitan jika gigi sudah sangat aus, atau jika gigi sensitif.
Meskipun kebiasaan menggertakkan gigi tidak mengancam jiwa, kebiasaan ini bersifat persisten dan dapat menyebabkan kerusakan serius pada gigi dan psikologis pasien. Penanganan kebiasaan menggertakkan gigi membutuhkan ketekunan dan kerja sama dari pasien dengan spesialis.
"Mendeteksi gejala sendiri dan mendapatkan diagnosis serta perawatan yang tepat dari spesialis sangat penting untuk menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan akibat kebiasaan menggeretakkan gigi," saran Dr. Hien.
Sumber: https://tuoitre.vn/tai-sao-nhieu-nguoi-ngu-lai-nghien-rang-co-dieu-tri-duoc-khong-20250818171631265.htm
Komentar (0)