(NLDO) - Analisis baru berdasarkan data dari wahana bulan Pragyan milik India telah membawa banyak kejutan baru.
Pragyan adalah wahana pendarat mandiri yang dijatuhkan oleh pesawat induk Chandrayaan-3 dalam misi dengan nama yang sama pada tahun 2023. Pragyan sejauh ini telah berhibernasi selama 11 bulan di Bulan dan belum dapat bangun.
Meski begitu, para ilmuwan di Bumi terus menganalisis data menarik yang dikumpulkannya selama masa hidupnya yang singkat.
Bulan purba memiliki samudra magma global - Grafik: NASA
Sebuah studi yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature telah mengungkap sebuah "lautan kematian". Menurut tim penulis yang dipimpin oleh Laboratorium Penelitian Fisika (PRL - India), pengukuran Pragyan mengungkapkan adanya campuran unik unsur-unsur kimia di tanah bulan (regolith) di sekitar wahana pendarat yang relatif seragam.
Regolit ini sebagian besar terdiri dari batuan putih yang disebut feroan anortosit. Menariknya, sampel Pragyan yang dikumpulkan dari wilayah Kutub Selatan Bulan memiliki komposisi yang berada "di antara" komposisi dua sampel lain dari dua lokasi ekuatorial yang dikumpulkan oleh Apollo 16 AS dan wahana antariksa Luna-20 Soviet pada tahun 1972.
Artinya, meskipun ada beberapa perbedaan, komposisi kimia tanah bulan di Kutub Selatan dan khatulistiwa masih sangat mirip. Hal ini mendukung gagasan bahwa permukaan benda langit tersebut pernah ditutupi oleh lautan global saat masih "baru lahir".
Namun, samudra ini tidak seperti apa yang kita lihat di Bumi saat ini, melainkan lebih seperti Bumi purba: Samudra magma, artinya "airnya" adalah batuan cair seluruhnya.
Hipotesis lama tentang adanya samudra magma global di Bulan, yang disebut “Model Samudra Magma Bulan (LMO)”, merupakan bukti nyata bahwa samudra tersebut memang ada.
Hasil ini juga sesuai dengan hipotesis yang lebih besar tentang pembentukan satelit Bumi.
Banyak ilmuwan meyakini bahwa Bumi awalnya sendirian, tetapi sebuah planet seukuran Mars bernama Theia menabraknya 4,5 miliar tahun yang lalu.
Setelah tabrakan tersebut, bagian dari Bumi purba dan Theia menyatu menjadi Bumi saat ini, beberapa pecahan yang lebih kecil terbang ke orbit dan secara bertahap menyatu menjadi Bulan.
Lautan magma hadir sejak pembentukannya dan bertahan selama puluhan atau ratusan juta tahun setelahnya.
Pendinginan dan kristalisasi samudra magma ini pada akhirnya membantu membentuk batuan anortosit feroan, yang membentuk kerak awal Bulan. Kerak anortosit feroan tersebut diwakili oleh batuan putih yang kaya akan mineral anorthite misterius yang ditemukan Apollo 11 lebih dari setengah abad yang lalu.
[iklan_2]
Sumber: https://nld.com.vn/tau-an-do-phat-hien-mot-dai-duong-tu-than-o-mat-trang-196240822170527812.htm






Komentar (0)