Thailand telah menerima pandangan publik mengenai rancangan undang-undang untuk melarang ganja rekreasional, karena pemerintahan Perdana Menteri Thavisin ingin obat tersebut hanya digunakan untuk keperluan medis .
"Kami telah merancang rancangan undang-undang ini untuk melarang penyalahgunaan ganja. Menggunakannya untuk tujuan rekreasi adalah salah," ujar Menteri Kesehatan Thailand Cholnan Srikaew kepada media minggu ini.
RUU tersebut dipublikasikan di situs web Kementerian Kesehatan Thailand pada 9 Januari untuk mendapatkan tanggapan publik. Oleh karena itu, masyarakat hanya diperbolehkan menggunakan ganja untuk keperluan medis, dan semua bentuk penggunaan ganja rekreasional dilarang.
RUU tersebut menetapkan denda hingga 60.000 baht (sekitar $1.700) untuk pelanggaran. Mereka yang memasarkan atau mengiklankan ganja rekreasional dapat menghadapi hukuman penjara hingga satu tahun atau denda hingga 100.000 baht (lebih dari $2.800).
Mereka yang menanam ganja tanpa izin akan dipenjara selama satu hingga tiga tahun serta denda 20.000 hingga 300.000 baht ($570-$8.500).
Produk yang mengandung bahan ganja di sebuah pabrik di Bangkok, Thailand, pada Juni 2022. Foto: Reuters
RUU tersebut tidak menjelaskan secara rinci bagaimana toko ganja akan diatur atau risiko apa yang dihadapi oleh petani rumahan. Saat ini, masyarakat diperbolehkan menanam ganja dalam skala rumah tangga asalkan melaporkannya kepada pihak berwenang.
Batas waktu bagi pemerintah Thailand untuk meminta pendapat publik mengenai RUU tersebut adalah 23 Januari. Kabinet kemudian akan mempertimbangkan RUU tersebut beserta masukannya sebelum menyerahkannya kepada parlemen untuk dibahas lebih lanjut.
Thailand menjadi negara Asia Tenggara pertama yang melegalkan ganja pada tahun 2021. Negara ini telah melahirkan industri terkait ganja yang diperkirakan akan mencapai $1,2 miliar dalam beberapa tahun mendatang. Aturan yang lebih longgar telah diberlakukan sejak saat itu untuk membatasi penggunaan ganja, tetapi penggunaan rekreasional sebagian besar masih belum diatur.
Perdana Menteri Thailand yang baru, Srettha Thavisin, telah menentang penggunaan ganja rekreasional sejak kampanye pemilihannya, karena kekhawatiran tentang penyalahgunaan narkoba.
Ngoc Anh (Menurut Reuters )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)