Azerbaijan Airlines menyatakan bahwa penyebab kecelakaan pesawat pada 26 Desember di Kazakhstan adalah karena 'faktor fisik dan teknis eksternal'.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan setelah penyelidikan awal, Azerbaijan Airlines mengatakan bahwa kecelakaan penerbangan J2-8243 di Kazakhstan disebabkan oleh dampak fisik dan teknis eksternal, dan bahwa mereka telah memperhitungkan potensi risiko keamanan terhadap penerbangan tersebut, seperti yang dilaporkan TASS pada 27 Desember.
Pernyataan maskapai tersebut juga dilaporkan mengkonfirmasi bahwa tragedi 26 Desember itu bukan disebabkan oleh kerusakan di dalam pesawat. Pesawat Embraer 190 milik Azerbaijan Airlines, dalam perjalanan dari Baku ke Grozny (di wilayah Chechnya, Rusia), jatuh di dekat bandara Aktau di Kazakhstan. Kecelakaan itu menewaskan sedikitnya 38 orang dan menyelamatkan 29 lainnya.
Lokasi kecelakaan pesawat Azerbaijan Airlines di Kazakhstan pada 26 Desember.
Dmitry Yadrov, Direktur Badan Transportasi Udara Federal Rusia, menyatakan bahwa tujuan penerbangan J2-8243, Grozny, adalah daerah tempat Ukraina melakukan serangan pesawat tak berawak, meskipun jauh dari garis depan utama konflik di Ukraina. Oleh karena itu, Yadrov menyebutkan bahwa wilayah udara Grozny ditutup dan terdapat kabut di kota tersebut pada saat itu, sehingga pesawat diperintahkan untuk mengubah arah. Namun, pilot mencoba menghubungi pihak berwenang dua kali untuk mendarat di Grozny tetapi tidak berhasil, akhirnya memutuskan untuk terbang melintasi Laut Kaspia ke bandara Aktau, menurut CNN.
Reuters melaporkan pada 26 Desember, mengutip beberapa sumber, bahwa pesawat itu ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara. Pejabat Ukraina menuduh Rusia "menutupi penyebab kecelakaan itu." Sementara itu, Moskow bersikeras bahwa mereka perlu menunggu kesimpulan penyelidikan dan konfirmasi dari otoritas setempat untuk memahami apa yang telah terjadi.
Dua penumpang dan satu anggota kru yang selamat dari kecelakaan itu mengatakan kepada Reuters pada 27 Desember bahwa mereka mendengar ledakan keras saat pesawat mendekati Grozny.
“Setelah ledakan itu, saya pikir pesawat akan hancur berkeping-keping,” kata penumpang Subhonkul Rakhimov. Pramugari Zulfugar Asadov menceritakan bahwa permintaan untuk mendarat di Grozny ditolak karena kabut, dan pilot harus berputar-putar ketika ia mendengar ledakan dari sayap kiri, seolah-olah sesuatu telah menabraknya, menyebabkan hilangnya tekanan kabin. Pramugari menambahkan bahwa kapten telah menerima permintaan untuk mendarat di air, tetapi ia memutuskan untuk membawa pesawat ke Aktau dan mendarat di darat, memperingatkan bahwa pendaratan mungkin akan sulit.
Sumber: https://thanhnien.vn/tiet-lo-nguyen-nhan-vu-roi-may-bay-cho-khach-o-kazakhstan-185241227220631297.htm






Komentar (0)