(CLO) Pengadilan Distrik Pusat Seoul memutuskan pada hari Jumat untuk membatalkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Yoon Suk Yeol yang dimakzulkan, membuka jalan bagi pembebasannya setelah hampir dua bulan ditahan.
Segera setelah putusan diumumkan, Kantor Kepresidenan menyambut baik keputusan tersebut dan menyatakan harapan bahwa Bapak Yoon akan segera kembali memimpin negara. Kepala Staf Kepresidenan Chung Jin Suk mengadakan pertemuan darurat dengan para ajudan senior untuk membahas situasi tersebut.
Pemimpin sementara Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa, Kwon Young-se, memujinya sebagai "momen penting yang menegaskan kembali supremasi hukum dan keadilan di Korea Selatan." Ia juga mendesak Mahkamah Konstitusi untuk membuat keputusan yang adil ketika mempertimbangkan pemakzulan Tuan Yoon.
Presiden Yoon Suk Yeol menyampaikan pernyataan terakhirnya dalam sidang pemakzulan di Mahkamah Konstitusi di Seoul pada 25 Februari. Foto: Mahkamah Konstitusi
Keputusan tersebut telah menimbulkan beragam reaksi dalam politik Korea Selatan. Para pendukung memujinya sebagai kemenangan bagi supremasi hukum, sementara para penentang menentang keras dan menyerukan banding segera oleh jaksa penuntut. Tim hukum Bapak Yoon berpendapat bahwa banding mungkin tidak dapat dilakukan karena Mahkamah Konstitusi telah memutuskan bahwa banding langsung dalam kasus penangguhan surat perintah penangkapan adalah inkonstitusional.
Tuan Yoon ditangkap pada 15 Januari atas tuduhan menghasut pemberontakan setelah upaya penerapan darurat militer yang gagal pada Desember lalu. Namun, pengadilan menemukan kesalahan prosedural dalam penahanannya, karena dakwaan dikeluarkan setelah masa penahanan awalnya berakhir.
Selain itu, penyidikan yang dilakukan oleh Kantor Penyidik Tindak Pidana Korupsi untuk Pejabat Senior juga dipertanyakan legalitasnya, karena lembaga tersebut tidak memiliki kewenangan untuk menyidik dakwaan penghasutan.
Yoon Suk Yeol, presiden Korea Selatan pertama yang sedang menjabat yang ditangkap atas tuduhan kriminal, menegaskan bahwa deklarasi darurat militer pada 3 Desember diperlukan untuk menghadapi kekuatan "anti-negara".
Ia segera mencabut darurat militer setelah enam jam, ketika parlemen menolak usulannya. Beberapa minggu kemudian, parlemen yang dikuasai oposisi memakzulkan Tuan Yoon, menuduhnya melanggar kewajiban konstitusionalnya.
Mahkamah Konstitusi diperkirakan akan segera memutuskan kasus pemakzulan tersebut, memberikan keputusan akhir apakah Tuan Yoon dapat tetap berkuasa.
Ngoc Anh (menurut Yonhap, Reuters)
[iklan_2]
Sumber: https://www.congluan.vn/tong-thong-bi-luan-toi-yoon-suk-yeol-sap-duoc-tra-tu-do-post337507.html
Komentar (0)