Operator tur berharap rencana ini akan membantu menindak bisnis ilegal Tiongkok di Thailand. Usulan pemerintah untuk mengundang polisi Tiongkok ke Thailand memicu perdebatan publik minggu ini, dengan beberapa pihak menyatakan kekhawatiran tentang izin bagi mereka untuk berpatroli bersama polisi setempat.
Namun, Direktur Jenderal TAT Thapanee Kiatphaibool mengatakan rencana patroli polisi gabungan hanyalah salah satu dari beberapa proposal mengenai kemungkinan kerja sama antara kepolisian Thailand dan Tiongkok untuk meningkatkan keamanan.
Penurunan jumlah wisatawan Tiongkok di Thailand menyebabkan industri pariwisata negara itu kesulitan mencari cara untuk mengatasinya.
Gagasan itu juga diusulkan oleh agen perjalanan selama kunjungan pejabat TAT ke Tiongkok daratan bulan lalu, tetapi gagasan itu belum difinalisasi dan akan dibahas dengan duta besar Tiongkok selama pertemuan dengan TAT minggu ini, katanya.
Proposal tersebut dibangun berdasarkan penelitian terhadap skema sebelumnya yang diprakarsai polisi Tiongkok di negara lain seperti Kroasia dan Italia sebelum pandemi, yang membantu meningkatkan kepercayaan di kalangan wisatawan Tiongkok setelah kerja sama resmi dipromosikan dan dipublikasikan oleh media Tiongkok.
Penerapan hukum ini di Thailand akan didasarkan pada legalitas dan konteks yang tepat, kata Ibu Thapanee.
Jika publik khawatir dengan patroli gabungan ini, ada cara lain bagi kepolisian kedua negara untuk bekerja sama, seperti berbagi informasi tentang aktivitas bisnis ilegal, yang juga merupakan isu penting. Ia mengatakan kerja sama ini bertujuan untuk mengatasi menurunnya kepercayaan wisatawan Tiongkok.
Agen perjalanan Tiongkok mendukung rencana tersebut, dengan mengatakan bahwa wisatawan Tiongkok akan merasa lebih percaya diri jika mengetahui keberadaan polisi negara mereka saat bepergian, terutama mengingat berita-berita negatif tentang keselamatan di media sosial Tiongkok. Kedatangan wisatawan Tiongkok ke Thailand masih rendah meskipun Thailand menerapkan kebijakan bebas visa hingga tahun depan.
"Kerja sama ini akan berfokus pada periode waktu tertentu di beberapa tempat yang banyak menarik wisatawan Tiongkok. Selain masalah keamanan bagi wisatawan, kami berharap kepolisian Tiongkok akan memiliki kesempatan untuk memahami langkah-langkah yang diambil oleh Thailand dan melaporkannya kembali kepada pemerintah mereka, yang juga akan membantu meningkatkan kepercayaan wisatawan Tiongkok," ujar Ibu Thapanee.
Sisdivacr Cheewarattanaporn, presiden Asosiasi Agen Perjalanan Thailand, mengatakan operator tur tidak yakin seberapa besar program tersebut akan membantu memulihkan kepercayaan wisatawan.
Namun, dalam hal mengekang bisnis ilegal Tiongkok, masalah tersebut dapat dipecahkan sampai batas tertentu jika otoritas Tiongkok dapat berbagi informasi yang berguna dengan kepolisian Thailand untuk membantu mereka menindak kejahatan.
“Menempatkan polisi Tiongkok untuk berpatroli di kota mungkin bukan ide yang baik, karena polisi Thailand bertanggung jawab atas pekerjaan ini serta masalah keselamatan dan keamanan lainnya, sementara polisi Tiongkok dapat membantu dengan memberikan dukungan yang diperlukan,” tegas Sisdivasr.
Pengguna internet Thailand mengkritik langkah tersebut, sebagian besar mengatakan mereka khawatir bahwa Thailand akan menjadi tempat lain untuk operasi rahasia yang menargetkan masalah-masalah Tiongkok lainnya di luar negeri, menurut SCMP.
Menanggapi kontroversi tersebut, juru bicara pemerintah Thailand Chai Wacharonke mengatakan rencana itu ditujukan untuk menindak kelompok mafia Tiongkok yang beroperasi di Thailand dan tidak ada hubungannya dengan kemerdekaan atau kedaulatan Thailand.
Data resmi menunjukkan jumlah kedatangan warga Tiongkok sejauh ini telah mencapai 2,8 juta, masih kurang dari target pemerintah untuk setahun penuh sebanyak 4 juta hingga 4,4 juta.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)