Polisi di Thailand tengah mengakui bahwa mereka harus membarikade diri di dalam kantor polisi selama akhir pekan setelah sekitar 200 monyet melarikan diri dan mengacak-acak kota Lopburi, ibu kota provinsi dengan nama yang sama.
Beberapa monyet masih 'menduduki' atap kantor polisi pada tanggal 18 November.
Foto: diambil dari Khaosod
Warga Lopburi, sekitar 150 kilometer di timur laut Bangkok, telah lama menderita akibat serangan monyet, dan masalahnya semakin memburuk. Pihak berwenang terpaksa membangun kandang khusus untuk mengendalikan monyet di daerah tersebut. Namun, pada 16 November, sekitar 200 monyet lepas dan menimbulkan kekacauan di seluruh kota.
Sekelompok monyet berpisah dan bergegas ke kantor polisi setempat.
"Kami harus menutup pintu dan jendela untuk mencegah mereka masuk mencari makanan," kata kapten polisi Somchai Seedee kepada AFP pada 18 November.
Ia khawatir jika monyet-monyet itu berhasil masuk ke stasiun, mereka akan merusak berbagai properti, termasuk catatan kepolisian.
Di Facebook, Departemen Kepolisian Lopburi, tim polisi lalu lintas dan unit lain dikerahkan untuk "melawan" monyet-monyet agresif tersebut.
Gambar yang diunggah di media sosial menunjukkan bahwa hingga hari ini (18 November), masih ada beberapa monyet yang menempel di atap kantor polisi.
Meskipun Thailand adalah negara beragama Buddha, tradisi Hindu telah lama dipertahankan, dan kota Lopburi khususnya memiliki tradisi penghormatan terhadap monyet, memandang mereka sebagai keturunan raja monyet legendaris Hanuman.
Oleh karena itu, monyet memainkan peran khusus di kota ini. Lopburi juga dikenal sebagai kerajaan monyet.
Namun, peningkatan jumlah monyet di kota, perusakan yang mereka lakukan saat mencari makanan, dan gangguan terhadap wisatawan merupakan masalah yang sulit dipecahkan oleh Lopburi.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/hang-tram-con-khi-xong-chuong-canh-sat-thai-lan-co-thu-trong-don-185241118145407208.htm
Komentar (0)