Piramida Agung Giza, yang dibangun di Mesir lebih dari 4.500 tahun yang lalu, selalu menarik minat para peneliti. Menurut para ilmuwan dari Italia dan Skotlandia, kota bawah tanah ini memiliki panjang lebih dari 2.000 meter dan 10 kali lebih besar daripada piramida.
Piramida Agung Giza di Mesir. (Foto: Pexels)
Para peneliti menggunakan teknologi pencitraan bumi dalam yang serupa dengan radar sonar. Citra-citra tersebut mengungkap delapan struktur silinder vertikal dengan kedalaman lebih dari 600 meter, dan beberapa struktur lainnya dengan kedalaman lebih dari 1.200 meter.
Corrado Malanga dari Universitas Pisa (Italia) dan Filippo Biondi dari Universitas Strathclyde (Skotlandia) mengklaim bahwa penemuan ini dapat mengubah pemahaman sejarah Mesir. Nicole Ciccolo, juru bicara proyek tersebut, menyebutnya sebagai "studi inovatif" yang membuka metode baru untuk analisis data satelit dan arkeologi.
Namun, banyak pakar meragukan keakuratan studi ini. Profesor Lawrence Conyers dari Universitas Denver, pakar radar di bidang arkeologi, mengatakan bahwa teknologi ini tidak dapat memindai sedalam itu.
Ia mencatat bahwa struktur-struktur kecil seperti gua atau ruang tersembunyi di bawah piramida merupakan hal yang umum, dan contoh-contoh piramida Maya memiliki fitur serupa. Untuk memverifikasi penemuan tersebut, ia mengusulkan "penggalian terarah".
Kompleks piramida Giza terdiri dari tiga piramida utama: Khufu, Khafre, dan Menkaure, yang dinamai sesuai nama firaun. Piramida Khufu, juga dikenal sebagai Piramida Agung, memiliki tinggi 480 kaki dan lebar 750 kaki di dasarnya. Piramida Khafre, yang terletak di tengah, telah menjadi subjek penelitian terbaru.
Sebelumnya, pada Oktober 2022, sebuah penelitian menemukan ruang dan jalur tersembunyi di dalam Piramida Khafre menggunakan teknologi serupa yang dikombinasikan dengan data satelit.
Ha Trang (menurut Wio News)
Komentar (0)