
Sementara banyak kelompok etnis memukau dengan kostum mereka yang cerah dan berwarna-warni, wanita Muong memilih harmoni dan keanggunan. Warna hitam, biru tua, putih, dan nuansa lembut dipadukan secara halus untuk menonjolkan penampilan mereka yang anggun dan sederhana. Jilbab selalu berwarna putih, melambangkan kemurnian dan menjadi titik awal dari keseluruhan pakaian.


Dari desa-desa Hoa Binh (dahulu), Thanh Hoa, Son La, dan Phu Tho, citra perempuan yang duduk di dekat alat tenun telah menjadi kenangan bersama. Dari tradisi inilah kain brokat, kain linen, dan gaun hitam lembut yang mengalir tercipta, membawa serta pengetahuan dan kosmologi asli masyarakat Muong. Benang katun dan linen diproses dengan teliti menggunakan tangan; pewarna diperoleh dari tumbuhan hutan; pola geometris ditenun dengan hati-hati jahitan demi jahitan—semuanya berpadu untuk menciptakan "bahasa visual" yang unik.



Ciri paling mencolok dari pakaian tradisional wanita Muong adalah ikat pinggangnya. Dianggap sebagai "jiwa" pakaian, ikat pinggang ini menampilkan motif tenun yang rumit, tepat, dan kaya makna. Pola-pola tersebut menggambarkan pegunungan, hutan, mata air, siklus kehidupan, atau simbol kesuburan, semuanya diekspresikan melalui komposisi yang ketat yang mencerminkan kepekaan estetika yang mendalam. Setiap daerah memiliki variasinya sendiri: ikat pinggang di Hoa Binh cenderung sederhana tetapi tajam dan detail; sedangkan ikat pinggang di Thanh Hoa lebih hidup dan rumit, dengan banyak bordiran tangan di bagian tepinya.
Selain rok dan blus, wanita Muong juga mengenakan blus pendek sepanjang pinggang dengan warna-warna lembut, menciptakan kontras yang anggun dengan pakaian tradisional mereka. Untuk acara-acara penting, dipilih jubah panjang yang menjuntai, yang semakin memperindah penampilan pemakainya.

Perhiasan perak juga memainkan peran khusus. Gemerincing liontin yang dikenakan di pinggul, kalung, gelang, atau untaian manik-manik perak, yang dibuat dengan gaya sederhana namun elegan, mencerminkan status dan keanggunan wanita dalam komunitas tersebut.
Berbeda dengan pakaian wanita yang rumit, pakaian pria Muong cukup sederhana: kemeja berkerah bulat dengan hiasan, dan celana panjang berpotongan lebar yang terbuat dari kain kasar berwarna cokelat, nila, atau putih. Kontras ini membantu menonjolkan keanggunan pakaian wanita Muong dan mempertahankan keseimbangan khas budaya setempat.

Selendang putih, blus, jubah, dan ikat pinggang rok yang indah, yang dibuat oleh tangan-tangan diam dari generasi ke generasi, telah membantu membentuk identitas budaya dari populasi terbesar keempat di negara itu.
Terlepas dari banyaknya perubahan dalam masyarakat modern, pakaian tradisional Muong tetap hadir dalam kehidupan sehari-hari di banyak daerah. Banyak wanita masih memilih untuk mengenakan "áo pắn" (sejenis blus) dan rok hitam saat pergi bekerja, menerima tamu, atau berpartisipasi dalam kegiatan komunitas. Terutama dalam festival tradisional, pakaian tradisional Muong terus memainkan peran sentral, berfungsi sebagai sarana untuk menghubungkan generasi muda dengan warisan leluhur mereka.

Pada Festival Budaya Etnis Muong ke-2 yang baru-baru ini diadakan di Desa Budaya dan Pariwisata Etnis Vietnam (Hanoi), gambar-gambar perempuan Muong yang memamerkan pakaian tradisional, tenun, dan memeragakan kembali ritual tradisional menarik banyak pengunjung. Kompetisi kostum, pameran kain brokat, dan kegiatan budaya menunjukkan upaya masyarakat dalam melestarikan dan mewariskan warisan mereka.


Lebih dari sekadar pakaian, busana tradisional Muong menceritakan kisah sejarah, alam semesta, dan keindahan batin perempuan. Setiap tenunan, setiap pola, setiap warna mengandung jejak kerja keras, ingatan budaya, dan kebanggaan nasional yang mendalam. Di tengah dunia yang berubah, melestarikan dan menghormati busana tradisional tidak hanya berkontribusi pada pelestarian identitas Muong tetapi juga memperkaya lanskap budaya Vietnam yang beragam.
Sumber: https://baohaiphong.vn/ve-dep-phu-nu-muong-qua-nhung-hoa-van-det-truyen-thong-529349.html






Komentar (0)