Kecerdasan Buatan Berdampak pada Karier Masa Depan
Kecerdasan buatan (AI) kini hadir di mana-mana, mulai dari ponsel pintar, sistem asisten virtual, hingga bidang teknologi tinggi, mesin kompleks, seperti: mobil tanpa pengemudi, robot bedah... Di bidang pertahanan dan keamanan, AI telah menunjukkan kekuatannya dalam memainkan peran penting dalam pengawasan keamanan, pengenalan wajah, analisis data intelijen, dan dukungan keputusan dalam situasi darurat. Di bidang medis, AI membantu dokter mendiagnosis penyakit lebih cepat dan akurat berkat kemampuannya menganalisis jutaan data gambar (rontgen, CT scan, MRI), rekam medis, dan buku kesehatan elektronik. Dalam pendidikan dan pelatihan, AI membantu menerapkan rekam medis elektronik, menganalisis data, merancang perkuliahan; mempersonalisasi pembelajaran, memantau kemajuan belajar setiap siswa, dan menyarankan jalur yang tepat. Industri keuangan juga diuntungkan oleh AI melalui analisis risiko, deteksi penipuan, peningkatan keamanan, dan otomatisasi proses layanan pelanggan...
Seiring dengan perkembangan teknologi, model-model AI yang semakin canggih pun berevolusi, seperti ChatGPT, Gemini, Claude... Model-model ini memiliki kemampuan untuk memahami bahasa alami, menciptakan teks, gambar, dan bahkan konten video —sesuatu yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh manusia. Menurut para ahli, salah satu tren teknologi di tahun 2025 adalah maraknya Agen AI—sebuah batu loncatan sebelum umat manusia mencapai kecerdasan buatan super (AGI).
Namun, perkembangan AI yang pesat juga menimbulkan banyak tantangan, terutama dalam hal etika dan hukum. Isu-isu terkait privasi, kontrol data, dan transparansi dalam keputusan AI perlu dipantau dan dikelola secara ketat. AI juga mengubah pasar tenaga kerja, karena banyak pekerjaan tradisional digantikan oleh otomatisasi. Hal ini menuntut orang untuk terus belajar dan beradaptasi dengan keterampilan baru di era digital.
Dalam praktiknya, perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) telah berdampak langsung pada peluang kerja banyak orang, terutama kaum muda. Menurut banyak manajer, selain manfaat yang nyata, AI menciptakan "penyaringan" baru di pasar tenaga kerja. Ketika mesin melakukan tugas-tugas teknis yang "berulang" atau sederhana, persyaratan bagi pekerja tidak hanya terbatas pada keahlian, tetapi juga mencakup keterampilan teknologi, kreativitas, dan pemikiran inovatif. Meskipun ada kebutuhan untuk merekrut staf, bisnis saat ini memprioritaskan kandidat yang dapat secara efektif menggabungkan keahlian profesional dan kemampuan untuk menggunakan perangkat AI. Hal ini memaksa pekerja untuk terus belajar, memperbarui pengetahuan baru, dan siap untuk berubah agar tidak tertinggal...
Menurut para ahli, dalam 5 tahun ke depan, adopsi teknologi akan terus menjadi pendorong utama transformasi bisnis. Perusahaan juga akan lebih memperhatikan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola. Faktor terpenting berikutnya adalah makroekonomi , kelangkaan pasokan, dan ekspektasi konsumen terhadap isu sosial dan lingkungan. Investasi untuk mendorong transformasi hijau akan berdampak besar. Teknologi yang paling populer dalam 5 tahun ke depan adalah teknologi big data, komputasi awan, e-commerce, dan perdagangan digital. Secara khusus, AI memainkan peran kunci dalam transformasi digital di berbagai bidang. AI membantu mengotomatiskan proses; analisis data tingkat lanjut (AI mampu menganalisis data dalam jumlah besar untuk memprediksi tren pasar, menganalisis perilaku pengguna, mendukung personalisasi produk/layanan, dan membantu pengambilan keputusan yang lebih cepat dan akurat; berinovasi produk/layanan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik).
Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi bahwa hampir 40% pekerjaan di seluruh dunia dapat terdampak oleh perkembangan AI. Dengan kemampuannya untuk belajar dengan cepat, AI dapat membantu pekerja dalam melakukan tugas-tugas "repetitif" dalam suatu proses. Kini, AI juga menandai langkah maju yang jelas dalam pekerjaan yang membutuhkan kreativitas dan pemikiran independen seperti perencanaan, penyusunan konten, dan pengajuan ide.
Para peneliti OpenAI menunjukkan bahwa pekerjaan yang kemungkinan besar akan digantikan oleh AI di masa depan adalah pekerja pabrik, penerjemah/juru bahasa, penulis, penyair, petugas pajak, kasir, administrator, akuntan, auditor... AI juga membantu mengoptimalkan lingkungan kerja, meminimalkan risiko kecelakaan kerja di industri seperti manufaktur dan konstruksi, meskipun beberapa pekerjaan tradisional seperti itu mungkin secara bertahap menghilang dan karier baru juga akan muncul.
Menurut para pakar sumber daya manusia, membekali diri secara proaktif dengan pengetahuan tentang teknologi, berpartisipasi dalam pelatihan jangka pendek, dan khususnya mempelajari penggunaan perangkat AI di bidang profesional merupakan tindakan praktis bagi karyawan untuk meningkatkan daya saing mereka. Dalam jangka panjang, AI akan menjadi "rekan kerja istimewa" - asisten virtual yang pekerja keras. Ketika orang-orang tahu cara memanfaatkan teknologi secara efektif, AI akan menjadi "asisten yang handal", membuka peluang bagi pengembangan karier yang lebih berkelanjutan dan kreatif.
| Menurut laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF), pada tahun 2025, AI dapat menggantikan 85 juta pekerjaan, tetapi pada saat yang sama membuka 97 juta peluang kerja baru, seperti: Insinyur data, pakar pembelajaran mesin, perancang sistem AI, otomasi industri... |
HUU NGUYEN
Sumber: https://baoangiang.com.vn/tri-tue-nhan-tao-va-tuong-lai-nghe-nghiep-a421712.html










Komentar (0)