Gedung Putih mengatakan pada 12 Agustus bahwa Amerika Serikat tidak memiliki peran dalam penggulingan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, yang baru-baru ini mengundurkan diri dan meninggalkan negara Asia Selatan tersebut setelah 15 tahun berkuasa.
| AS membantah terlibat dalam penggulingan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, yang kini telah mengundurkan diri dan meninggalkan negara itu. |
Kantor berita India, ANI, mengutip pernyataan juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, dalam konferensi pers: "Kami sama sekali tidak terlibat. Laporan atau rumor apa pun yang menyatakan bahwa pemerintah AS terlibat dalam peristiwa ini sepenuhnya salah."
Menurut Ibu Jean-Pierre, posisi AS adalah bahwa "rakyat Bangladesh harus memutuskan masa depan pemerintahan".
Sehari sebelumnya, Economic Times India mengutip surat yang dikirim oleh mantan Perdana Menteri Bangladesh Hasina yang menuduh AS berperan dalam penggulingannya.
Surat itu berbunyi: "Saya telah mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri. Saya bisa tetap berkuasa jika saya menyerahkan kedaulatan atas St. Martin dan membiarkan Amerika Serikat menguasai Teluk Benggala."
Menurut Economic Times , Ibu Hasina menyampaikan pesan ini kepada surat kabar tersebut melalui rekan dekatnya.
Namun, dalam sebuah posting di jejaring sosial X pada hari yang sama, 11 Agustus, Tn. Sajeeb Wazed, putra Ny. Hasina, menegaskan bahwa ibunya tidak pernah membuat pernyataan seperti itu.
Situs berita Firstpost India sebelumnya mengungkapkan bahwa AS telah menawarkan untuk menyewa Pulau St. Martin untuk membangun pangkalan udara dan angkatan laut.
Pada tanggal 5 Agustus, Ibu Hasina harus meninggalkan kediaman resminya di ibu kota Dhaka ke tempat yang lebih aman di tengah kerusuhan di Bangladesh, ketika gerakan protes mahasiswa terhadap pemerintah berkembang dan menuntut pengunduran dirinya.
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2006 - Dr. Muhammad Yunus - telah resmi ditunjuk sebagai kepala pemerintahan sementara Bangladesh dan dilantik pada tanggal 8 Agustus.
Mengenai situasi di Bangladesh, pada tanggal 12 Agustus, polisi di ibu kota Dhaka kembali berpatroli di jalan-jalan, setelah seminggu mogok kerja karena masalah keamanan akibat protes yang disertai kekerasan.
Protes kekerasan yang berlangsung selama berminggu-minggu di Bangladesh telah menewaskan ratusan orang. Selama protes tersebut, lebih dari 400 kantor polisi diserang, beberapa di antaranya dibakar. Beberapa petugas polisi juga diserang atau dibunuh.
Pada tanggal 6 Agustus, Asosiasi Kepolisian Bangladesh mengumumkan pemogokan tanpa batas waktu "sampai keselamatan semua polisi terjamin".
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/truoc-loi-to-cao-cua-cuu-thu-tuong-bangladesh-my-khang-dinh-trong-sach-282388.html






Komentar (0)