Dari kebijakan dukungan hingga "rumah" yang lengkap
Sekolah Asrama Bac Binh untuk Etnis Minoritas, yang terletak di desa Binh Tien, kecamatan Bac Binh, provinsi Lam Dong, merupakan alamat pendidikan khusus.
Didirikan pada tahun 1994, sekolah ini telah menjadi rumah bersama bagi banyak generasi siswa dari berbagai etnis minoritas. Dengan jumlah siswa yang besar, termasuk kelompok etnis K'ho, Rac Lay, Cham, Tay, Nung, Muong, Hoa... di komune-komune yang sulit di distrik Bac Binh, provinsi Binh Thuan (lama), misi sekolah ini tidak berhenti pada pengajaran.
Di dalam kampus seluas hampir 11.000 m2, terdapat perjalanan perawatan komprehensif – perawatan mulai dari makanan, tidur, kesehatan fisik hingga memelihara dan melestarikan api budaya dalam jiwa setiap mahasiswa.
Ibu Lam Lu Nu Bich Thuy, Kepala Sekolah, menyampaikan bahwa mengasuh siswa asrama merupakan tugas yang rumit, membutuhkan pengertian dan kasih sayang yang tulus. Sebagian besar siswa jauh dari keluarga sejak usia dini, membawa serta rasa rindu, kebingungan, serta perbedaan budaya dan bahasa.
Oleh karena itu, tujuan utama sekolah ini adalah menciptakan lingkungan yang aman, hangat, dan kekeluargaan. Anak-anak datang ke sini bukan hanya untuk menimba ilmu, tetapi juga untuk dicintai, mengembangkan kepribadian mereka sepenuhnya, dan bangga akan asal-usul mereka," ujar Ibu Thuy.

Salah satu faktor kunci yang membantu siswa merasa aman dalam belajar adalah perhatian Negara melalui kebijakan dan aturan khusus. Jika sebelumnya siswa menikmati aturan tersebut sesuai dengan Surat Edaran 109/2009, maka mulai tahun 2025, Surat Keputusan 66/2025/ND-CP akan memberikan dukungan yang lebih praktis dan komprehensif. Dengan demikian, selain perlengkapan sekolah, buku, dan pakaian lengkap, setiap siswa juga menerima beasiswa bulanan setara dengan 80% dari gaji pokok, 15 kg beras/bulan.
Siswa yang lulus dari sekolah ini tidak hanya membawa bekal ilmu pengetahuan, tetapi yang lebih utama adalah membawa kebanggaan dan kecintaan terhadap jati diri bangsa, siap menjadi warga negara yang unggul, dan berkontribusi dalam membangun tanah air.
Dukungan ini digunakan oleh sekolah untuk menyelenggarakan dapur umum, memastikan anak-anak mendapatkan tiga kali makanan hangat dan bergizi setiap hari.
Ibu Thuy mengungkapkan: "Makanan asrama bukan sekadar cerita perut kenyang. Makanan asrama adalah jaminan kesehatan fisik, fondasi bagi anak-anak untuk memiliki energi yang cukup guna menyerap ilmu. Kami selalu menyadari bahwa menjaga makanan dengan baik juga merupakan pemenuhan tanggung jawab pendidikan kami."

Perhatian tidak berhenti pada materi. Berkat investasi dari semua pihak, sekolah telah diperbaiki dan ditingkatkan menjadi relatif luas dan bersih. Area-area ditata dengan baik, mulai dari asrama, ruang makan, hingga taman bermain, menciptakan lanskap pedagogis yang lapang, memenuhi persyaratan inovasi pendidikan.
Namun, mungkin kepuasan terbesar yang diterima anak-anak adalah perhatian dari guru mereka. Di sekolah asrama, guru berperan sebagai pendidik sekaligus orang tua kedua, merawat anak-anak kapan pun mereka demam, mulai dari semangkuk bubur, sekantong obat, hingga segelas limun. Selain itu, guru juga mendengarkan pikiran mereka, menyelesaikan masalah, dan membimbing masa depan mereka, membantu menghilangkan rasa rendah diri mereka sehingga mereka dapat berintegrasi dan berkembang dengan percaya diri.
Misi untuk menjaga api identitas tetap hidup
Di Sekolah Asrama untuk Etnis Minoritas Bac Binh, mengajarkan pengetahuan umum dan melestarikan budaya nasional dianggap sebagai dua tugas yang paralel dan tak terpisahkan. Mendidik pengetahuan adalah sebuah tugas, tetapi melestarikan identitas budaya nasional bagi para siswa adalah misinya.
Sekolah ini merupakan pelopor dalam membangun model pendidikan berbasis pengalaman yang mengintegrasikan budaya nasional secara sistematis dan kreatif. Pertama, pembangunan "Pojok Budaya Nasional"—sebuah "museum hidup" yang memamerkan artefak, kostum, dan alat musik untuk dikunjungi dan dipelajari siswa.

Selain itu, Klub "Sastra-Olahraga-Seni" adalah tempat anak-anak berbagi adat istiadat, berlatih tarian Cham dan Raglai, atau bermain permainan rakyat. Acara yang paling istimewa adalah "Festival Budaya Etnis" tahunan yang menampilkan kegiatan berkemah, kompetisi memasak nasi bambu, tari bambu, dan pertunjukan kostum. Budaya etnis juga "meresap" ke dalam kegiatan sehari-hari seperti mengenakan kostum tradisional saat memberi hormat bendera, mendengarkan cerita tentang pahlawan nasional, atau mendorong komunikasi dalam bahasa ibu.
Pertukaran budaya yang luar biasa di sini membantu siswa belajar menghargai perbedaan. Untuk meningkatkan pengalaman tersebut, sekolah juga menyelenggarakan kunjungan lapangan ke desa-desa kerajinan tradisional dan mengundang para perajin untuk mengajarkan profesi mereka.
Tumbuh di "rumah umum"
Bukti paling jelas dari keberhasilan model pendidikan ini adalah kematangan kognitif dan emosional siswa itu sendiri.
Lu Nguyen Ha Ny, siswa kelas 8/1, bercerita bahwa belajar dan tinggal di asrama telah memberikan Ny banyak pengalaman bermakna dan berkesan. Dari hari-hari pertama yang dipenuhi kebingungan dan kekhawatiran karena jauh dari keluarga, Ny kini perlahan mulai terbiasa dengan gaya hidup kolektif, belajar lebih mandiri, dan merasakan banyak hal baik di sekolah ini.

Menurut Ny, di sekolah berasrama, para siswa diperhatikan oleh guru, mulai dari belajar, makan, hingga mental. Jam pelajaran selalu dipandu dengan antusias oleh guru, membantu kami memahami pelajaran dan mencapai kemajuan. Kegiatan belajar malam diawasi dan didukung oleh guru, membantu siswa membentuk kebiasaan belajar yang serius dan terencana.
Selain itu, dapur sekolah selalu menyiapkan makanan yang lengkap dan bergizi, membantu setiap siswa merasa aman dalam belajar dan menjalani kehidupan. Kegiatan budaya, olahraga , dan pelatihan keterampilan juga membantu kami bersantai, terhubung, dan tumbuh lebih dewasa setiap hari.
Di sekolah asrama, setiap hari adalah perjalanan baru bagi saya – sebuah perjalanan yang penuh usaha, rasa syukur, dan kedewasaan. Berkat lingkungan asrama yang disiplin, aman, dan penuh kasih sayang, kami merasa lebih dewasa, tahu cara hidup teratur, tahu cara merawat teman-teman, dan tahu cara berjuang mencapai tujuan kami sendiri.

"Saya berharap dapat belajar dan berlatih lebih giat lagi agar dapat menjadi pribadi yang berguna bagi keluarga dan masyarakat. Saya bermimpi agar di masa depan saya dapat meraih kesuksesan dan berkontribusi, meskipun kecil, untuk membangun tanah air dan negara saya agar semakin indah," ungkap Ny.
Pemikiran Ha Ny pula yang menjadi kebanggaan dan motivasi bagi Pondok Pesantren Bac Binh untuk Etnis Minoritas untuk meneruskan misinya, yakni sebagai tempat mendidik kaum intelektual sekaligus tempat menjaga kobaran budaya agar tetap menyala.
Sumber: https://giaoducthoidai.vn/truong-ptdt-noi-tru-bac-binh-cham-soc-doi-song-va-giu-lua-van-hoa-cho-hoc-sinh-post757068.html






Komentar (0)