Jenderal Yoshida memperingatkan bahwa Pasukan Bela Diri Jepang tidak mampu melindungi negara dengan sumber daya saat ini, sehingga anggaran pertahanan perlu ditingkatkan.
"Kita tidak dapat menjaga keamanan Jepang dengan kemampuan kita saat ini. Itulah sebabnya kami memutuskan untuk meningkatkan anggaran pertahanan menjadi 2% dari PDB dan meningkatkan kemampuan yang diperlukan," ujar Jenderal Yoshihide Yoshida, ketua Kepala Staf Gabungan Jepang, dalam sebuah wawancara pada 29 Agustus.
Yoshida menyampaikan komentar tersebut menanggapi pertanyaan tentang kemampuan Pasukan Bela Diri (SDF) dalam mempertahankan negara. Namun, ia juga menekankan bahwa permasalahan SDF sedang diatasi, terutama melalui peningkatan tajam anggaran pertahanan dan pembelian sistem persenjataan canggih.
Yoshida mengatakan ia ingin masyarakat memahami lingkungan keamanan yang dihadapi negaranya, dan mengatakan Jepang berada "di garis depan" dalam menangani tindakan sepihak yang mengubah status quo dengan kekerasan di kawasan Indo -Pasifik .
Kekhawatiran tentang kemampuan pertahanan kita semakin meningkat seiring dengan provokasi yang dilakukan Korea Utara dan Tiongkok. Jajak pendapat menunjukkan bahwa banyak orang mendukung peningkatan anggaran pertahanan, serta kepemilikan kemampuan serangan balik Jepang, ujar Yoshida.
Jenderal Yoshihide Yoshida, Kepala Staf Gabungan Pasukan Bela Diri Jepang. Foto: X/JapanJointStaff
Ia mengatakan Jepang perlu mengembangkan kemampuan pencegahan yang lebih luas untuk menyerang target dengan rudal dan memperkuat kemampuan intersepsinya. "Kita juga membutuhkan lebih banyak tempat perlindungan untuk meminimalkan kerusakan akibat serangan rudal dan melindungi masyarakat," tegas Yoshida.
Pemerintah AS baru-baru ini menyetujui kesepakatan senilai $104 juta untuk menjual rudal serang darat yang diluncurkan dari udara ke Jepang. Tokyo telah memesan 50 rudal JASSM-ER, yang dapat diluncurkan dari pesawat tempur F-15 dan jet tempur lainnya dari Pasukan Bela Diri Udara.
Jenderal Yoshida mengakui bahwa tantangan terbesar yang dihadapi militer Jepang adalah populasinya yang menyusut, yang menyebabkan penurunan jumlah pemuda usia militer. Total populasi Jepang turun sekitar 750.000 orang tahun lalu.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida akhir tahun lalu menetapkan target peningkatan anggaran pertahanan selama lima tahun ke depan menjadi 43 triliun yen ($294 miliar), 1,5 kali lipat dari tingkat sebelumnya, karena Tokyo berupaya memperkuat kemampuan pertahanannya untuk menghadapi ancaman keamanan di kawasan.
Huyen Le (Menurut SCMP )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)