Tentara Ukraina melakukan latihan di provinsi Zaporizhzhia pada tanggal 15 Juni.
Surat kabar The Guardian pada tanggal 23 Juni mengutip Panglima Angkatan Darat Ukraina Oleksandr Syrskyi yang mengonfirmasi untuk pertama kalinya bahwa pasukan cadangan ofensif utama belum dikerahkan dalam kampanye melawan Rusia.
Dalam wawancara eksklusif dari pangkalan militer di Ukraina timur, Jenderal Syrskyi mengatakan "semuanya masih ada di depan", dan berbicara tentang tekanan dan kesulitan dalam perang, setelah Rusia juga mencoba menyerang dalam beberapa hari terakhir.
Sekilas: Hari ke-484 Kampanye, Ukraina Mengubah Serangan Baliknya; Bagaimana Rusia Beradaptasi?
Ia mengatakan Staf Umum Rusia telah mengantisipasi di mana pasukan Ukraina paling rentan, memperingatkan Kremlin bahwa ia sedang mencari kelemahan fatal dalam pertahanan mereka.
"Orang-orang menginginkan kemenangan besar segera, tetapi bersiaplah bahwa itu akan memakan waktu karena ada banyak kekuatan di masing-masing pihak," katanya, selain kendala mekanis.
"Saya ingin menyampaikan bahwa pasukan utama kami belum memasuki pertempuran, dan saat ini kami sedang mencari dan menyelidiki titik-titik lemah di pertahanan musuh," ujarnya.
Selama beberapa hari terakhir, Rusia telah meningkatkan serangannya di banyak tempat seperti kota Kupiansk di Kharkiv dan Lyman di Donetsk. Namun, menurut CNN pada 24 Juni, tentara Ukraina mengatakan telah memukul mundur pihak Rusia ke arah tersebut.
Jenderal Syrskyi mengatakan pertempuran sengit telah pecah di hutan Serebryansky dekat Bakhmut, sementara Rusia tampaknya sedang memindahkan pasukan utamanya dari selatan. "Sulit dan menegangkan," ujarnya, menggambarkan pertempuran di timur.
Presiden Putin: Tentara Ukraina tahu mereka tidak punya peluang melawan Rusia
Staf Umum Ukraina telah membentuk 12 brigade baru untuk serangan balasan skala besar, sembilan di antaranya diperlengkapi NATO. Sejauh ini, tampaknya baru tiga brigade yang telah dikerahkan.
AS menyerukan penyelidikan terhadap UAV Iran
CNN melaporkan pada tanggal 23 Juni bahwa Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Linda Thomas-Greenfield menyerukan penyelidikan mendesak terhadap kendaraan udara tak berawak (UAV) yang dipasok oleh Iran ke Rusia.
"Baru-baru ini, saya berdiri bersama Ukraina, Prancis, Inggris, dan Albania untuk menyuarakan penolakan terhadap pelanggaran mencolok yang dilakukan Rusia dan Iran terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231," ujar Ibu Thomas-Greenfield dalam pertemuan Dewan Keamanan.
Resolusi tersebut disahkan setelah kesepakatan nuklir Iran 2015 dan ditujukan untuk mengendalikan transfer senjata dari Iran.
"Kami masih belum memiliki penjelasan mengapa para ahli dari Kelompok 2231 tidak dikirim ke Ukraina untuk memeriksa bukti tentang asal senjata-senjata ini dan kerusakan yang ditimbulkannya," ujarnya.
Rusia menuduh Ukraina menembakkan rudal Storm Shadow untuk menghancurkan jembatan menuju Krimea
Namun, Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya membantah dan mengatakan bahwa tuduhan Rusia menggunakan UAV Iran di Ukraina tidak berdasar.
"Ini bukan pertama kalinya kami mendengar tuduhan tentang penggunaan drone Iran di Ukraina. Kami dengan tegas menolaknya. Ini adalah tuduhan yang tidak berdasar dan upaya terang-terangan untuk secara sengaja menyesatkan komunitas internasional," ujarnya dalam pertemuan tersebut.
Rusia tidak akan mengungkapkan jumlah hulu ledak nuklir di Belarus
Kantor berita Interfax pada tanggal 23 Juni mengutip Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov yang mengatakan bahwa Rusia tidak akan memberi tahu AS tentang jumlah hulu ledak nuklir yang ditransfer ke Belarus, atau uji coba torpedo Poseidon yang mampu membawa hulu ledak nuklir.
Rusia dan Belarus sama-sama mengatakan bahwa Belarus telah mulai menerima senjata nuklir taktis (jarak pendek) yang dijanjikan secara terbuka oleh Presiden Rusia Vladimir Putin untuk dikirimkan ke tetangganya.
AS masih menghabiskan miliaran dolar untuk membeli uranium dari Rusia.
"Saya sungguh meragukan isu ini akan menjadi topik diskusi publik atau pengungkapan dari pihak kami," ujar Ryabkov kepada wartawan.
"Selama beberapa dekade, AS telah menyimpan senjata nuklir taktisnya di wilayah sejumlah negara Eropa dan mereka tidak pernah memberikan angka pastinya," ujarnya.
Senjata jarak pendek tidak tercakup dalam ketentuan NEW START, perjanjian yang membatasi persenjataan nuklir strategis suatu negara. Presiden Putin telah menangguhkan partisipasi, meskipun kedua belah pihak telah berjanji untuk terus menghormati batasannya.
Tidak ada pula perjanjian atau mekanisme verifikasi untuk torpedo berkemampuan nuklir seperti Poseidon, jadi Ryabkov mengatakan Rusia tidak punya rencana untuk memberi tahu Amerika Serikat tentang uji coba sistem tersebut.
AS belum mengomentari informasi di atas.
Presiden Ukraina Sebut Kemajuan Serangan Balasan Lebih Lambat dari Perkiraan, Bukan 'Film Hollywood'
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)