Selama puluhan tahun, budaya populer terus-menerus menanamkan dalam imajinasi kita gambaran orang-orang yang meluncur di langit dalam mobil terbang atau mengenakan jetpack dalam film fiksi ilmiah .

Mobil terbang Landspeeder dalam film Star Wars (Foto: Star Wars).
Mobil terbang dan jet pack telah diciptakan, tetapi mempopulerkannya masih merupakan masalah yang sulit.
Kuncinya terletak pada masalah energi, faktor yang menentukan kemampuan untuk beroperasi secara stabil, berkelanjutan, dan cukup kuat untuk mengangkat orang dan kendaraan ke udara.
Saat ini, hampir semua pesawat mengandalkan bahan bakar jet, yang tidak cocok untuk penggunaan massal karena mengeluarkan gas rumah kaca dalam jumlah besar.
Namun, semakin banyak perusahaan di seluruh dunia yang berupaya mengatasi keterbatasan ini.
Mobil terbang, mimpi yang masih menggantung di langit
Membuat mobil terbang mungkin terdengar semudah mengecilkan pesawat terbang, tetapi ada perbedaan mendasar antara pesawat komersial masa kini dan kendaraan terbang dalam imajinasi fiksi ilmiah.
Pesawat terbang memerlukan landasan pacu yang panjang untuk mempercepat lajunya saat lepas landas dan memperlambat lajunya saat mendarat.
Jika mobil terbang ingin menjadi kendaraan yang dipasarkan secara massal, ia harus lepas landas dan mendarat secara vertikal.
Kendaraan semacam itu disebut VTOL (lepas landas dan mendarat vertikal), contoh yang paling dikenal adalah helikopter.
Tetapi tidak seorang pun menginginkan kemacetan lalu lintas disertai suara baling-baling helikopter di atas kepala.
Agar diterima secara luas, mobil terbang harus kompak, senyap, dan hemat energi.
Di sinilah EVTOL (kendaraan lepas landas vertikal elektrik) berperan.

Mobil terbang Model A dapat berjalan di jalan raya dan terbang di udara, oleh perusahaan yang didukung SpaceX, Alef Aeronautics (Foto: Getty).
Perusahaan EVTOL berharap bahwa teknologi penerbangan serba listrik akan memecahkan masalah kebisingan dan efisiensi energi.
Akan tetapi, dengan harga yang mencapai ratusan ribu dolar, kendaraan ini hampir tidak akan menjadi kendaraan yang populer.
Yang lebih penting lagi, penerapan mobil terbang memerlukan perubahan menyeluruh dalam infrastruktur transportasi, perubahan regulasi, sistem kendali lalu lintas udara yang jauh lebih kompleks, dan pelatihan orang untuk mengoperasikan kendaraan yang jauh lebih sulit daripada mobil.
Dari ikon film fiksi ilmiah hingga masalah dunia nyata yang belum selesai
Jetpack adalah teknologi yang masih dalam tahap "belum selesai" bagi manusia selama puluhan tahun, baik yang masih bisa disentuh maupun yang belum bisa diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Sejak tahun 1984, para astronaut telah menggunakan alat pendorong seperti ransel yang disebut unit manuver berawak, yang memungkinkan pengguna bergerak mudah di luar angkasa.

Perangkat terbang pribadi JB-10 dilengkapi dengan dua mesin jet mini yang menggunakan bahan bakar penerbangan yang terletak di kedua sisi dan dikendalikan oleh dua joystick (Foto: Getty).
Ada pula jetpack hidrolik, yang ditenagai oleh dorongan kuat arus air, tetapi hanya dapat digunakan di air, sehingga membatasi ketersediaannya secara luas.
Agar jetpack menjadi alat transportasi bagi orang biasa, serangkaian hambatan utama masih harus diatasi.
Layaknya mobil terbang, mempopulerkan jetpack akan membutuhkan perombakan total infrastruktur dan menimbulkan risiko keselamatan yang besar. Dengan jetpack, tantangan teknisnya jauh lebih besar.
Jetpack harus cukup ringan untuk dikenakan, tetapi tetap mengudara dalam jangka waktu lama memerlukan sumber daya yang besar, yang berarti baterai yang lebih berat.
Pada tahun 2015, JetPack Aviation (USA) menarik perhatian ketika CEO mereka terbang mengelilingi Patung Liberty dengan jetpack, tetapi waktu di udara hanya 10 menit.
Teknologi Jetpack masih terhenti di level "demonstrasi", tidak mampu menyeimbangkan kebutuhan antara energi dan berat perangkat.
Sumber: https://dantri.com.vn/khoa-hoc/vi-sao-phuong-tien-bay-ca-nhan-o-to-bay-da-co-nhung-chua-the-pho-cap-20251126000639040.htm






Komentar (0)