Saat para pemimpin ASEAN memulai pertemuan mereka di KTT ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur, Malaysia, yang dimulai pada 26 Oktober, peran dan usulan Vietnam dianggap sangat penting dalam membentuk pernyataan bersama dan pencapaian keseluruhan KTT tahun ini.
Dalam sebuah wawancara dengan reporter Kantor Berita Vietnam (VNA) di Kuala Lumpur, Dr. Zokhri Idris, seorang analis senior hubungan internasional di Universitas Malaya, menyatakan bahwa Vietnam dianggap sebagai pemain potensial yang kuat untuk Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC) berkat daya saingnya yang unggul di bidang manufaktur dan produksi.
Sejak bergabung dengan blok tersebut, Vietnam telah memberikan kontribusi positif dengan menyediakan sumber daya manusia dan zona ekonomi untuk membantu bisnis ASEAN berkembang.
Pertumbuhan ekonomi Vietnam yang pesat, khususnya daya saingnya di beberapa sektor industri yang maju seperti tekstil dan manufaktur, dipandang akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi proses integrasi ekonomi ASEAN.
Tantangan saat ini bagi Vietnam adalah memastikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang berkelanjutan sekaligus mengatasi tarif AS.
Dr. Zokhri menyampaikan harapannya bahwa melalui integrasi ekonomi, hubungan penawaran dan permintaan antara ASEAN dan Vietnam dapat diperkuat, menciptakan situasi saling menguntungkan bagi semua pihak.
Selain itu, Vietnam secara aktif menerapkan beberapa kebijakan ekonomi strategis yang berorientasi ke masa depan. Kebijakan-kebijakan ini berfokus pada pengembangan teknologi tinggi, menarik investasi, transisi ke energi bersih, mendorong pertumbuhan ekonomi digital, dan membina pendidikan serta pelatihan sumber daya manusia berkualitas tinggi.
Strategi-strategi ini dapat memberikan nilai tambah pada Visi ASEAN 2045, asalkan selaras dengan jalur pembangunan yang ada di negara-negara lain.
Di bidang pertanian, Dr. Zokhri menekankan kuatnya dukungan Vietnam terhadap kerja sama regional. Beliau mengutip pernyataan baru-baru ini dari Wakil Menteri Pertanian dan Lingkungan Hidup Nguyen Quoc Tri pada Pertemuan Menteri Pertanian dan Kehutanan ASEAN ke-47 (AMAF) di Pasay City, Filipina, di mana perwakilan Vietnam menyerukan peningkatan kerja sama regional dalam pertanian digital dan pertanian cerdas iklim untuk meningkatkan ketahanan, inovasi, dan membangun sistem pangan berkelanjutan.
Vietnam menekankan pentingnya transfer dan penerapan teknologi di bidang pertanian, karena negara-negara ASEAN masih sangat bergantung pada sektor ini.

Kesiapan Vietnam dalam bidang pertanian cerdas akan membantu menjamin ketahanan pangan di ASEAN, meminimalkan risiko jatuh ke dalam krisis serius.
Kontribusi dan usulan Vietnam sangat relevan dengan isu-isu ekonomi mendesak yang membentuk agenda KTT ini, termasuk penguatan integrasi yang lebih dalam untuk keberlanjutan dan ekonomi berbasis digital.
Mengomentari hasil konferensi yang akan datang, peneliti Zokhri menyatakan bahwa para pemimpin ASEAN menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan, termasuk mencari cara untuk mengatasi gangguan terhadap rantai pasokan global yang timbul akibat tarif AS.
Agenda penting lainnya adalah aksesi Timor Leste sebagai negara ke-11 di blok tersebut. Pemberian keanggotaan penuh kepada Timor Leste diharapkan dapat menciptakan momentum baru bagi Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC).
Secara politis, menurut Bapak Zokhri, salah satu hasil yang diharapkan dari KTT ASEAN ke-47 adalah dikeluarkannya pernyataan yang menegaskan kembali netralitas ASEAN dalam menghadapi persaingan antar negara ad superpower.
Meskipun gagal mengeluarkan pernyataan bersama mengenai Laut China Selatan pada tahun 2012, Bapak Zokhri menegaskan bahwa tidak ada indikasi atau bukti yang jelas bahwa situasi geopolitik saat ini akan secara langsung berdampak pada KTT ASEAN ini.
Sumber: https://www.vietnamplus.vn/viet-nam-gop-phan-thuc-day-kinh-te-so-va-an-ninh-luong-thuc-asean-post1072820.vnp






Komentar (0)