![]() |
Samuel Umtiti mengakui ia mengalami depresi setelah memenangkan Piala Dunia bersama Prancis. |
Pada tahun 2018, Umtiti menjadi salah satu ikon sepak bola Prancis ketika ia menjadi bintang utama di Piala Dunia dan berkontribusi besar bagi kejuaraan tersebut. Namun, sorotan di Moskow ternyata hanya penutup sementara dari tragedi yang membara di dalam dirinya. Dalam film dokumenter "Têtes plongantes" yang baru saja dirilis di platform L'Équipe, mantan gelandang Barcelona ini berbicara jujur untuk pertama kalinya tentang perjuangannya melawan depresi, yang membuatnya takut keluar rumah, takut berkomunikasi, dan perlahan-lahan kehilangan motivasi untuk hidup.
"Saya menderita karenanya dan tidak berani memberi tahu siapa pun," kata Umtiti dalam wawancara tersebut. "Namun, kesehatan mental adalah isu yang sangat penting dalam sepak bola, meskipun masih dianggap tabu. Kami membuat film ini untuk membantu orang lain merasa mereka dapat membicarakannya, terutama anak muda."
Umtiti pensiun pada bulan Oktober, setelah perjalanan yang sulit melalui Barcelona, Lyon, dan Lille, serta serangkaian cedera lutut yang tak kunjung sembuh. Ia mengakui bahwa masalah medis di masa lalu turut berperan dalam spiral depresi yang dialaminya, meskipun ia menolak menjelaskan lebih lanjut.
"Ini masalah yang sangat pribadi. Saya akan membicarakannya nanti kalau sudah siap," ujarnya. "Banyak faktor yang terlibat, dan saya rasa tidak ditangani dengan baik. Tapi saya sudah tidak malu lagi."
Umtiti pensiun pada bulan Oktober, setelah perjalanan sulit melalui Barca, Lyon dan Lille, dan serangkaian cedera lutut yang terus-menerus. |
Sang juara dunia mengatakan bahwa berpartisipasi dalam proyek dokumenter ini membantunya melepaskan hal-hal yang selama ini ia pendam: "Saya tidak pernah berani membicarakan topik-topik itu. Bertemu dengan orang-orang yang pernah mengalami hal yang sama membuat saya merasa lebih ringan. Terkadang saya berpikir: 'Sam, ada hal-hal yang lebih buruk.' Momen-momen itu membantu saya menghadapi diri sendiri."
Umtiti juga punya pesan untuk mereka yang berjuang melawan kesehatan mental: bicaralah. Ia mengakui bahwa awalnya ia menganggapnya sebagai fase singkat yang berlangsung seminggu, lalu sebulan, dan akhirnya setahun. Keterasingan itu membuatnya semakin terpuruk, itulah sebabnya ia berbicara.
"Tujuan terpenting film ini adalah membuat anak muda mengerti: bersuara saja," tegas Umtiti. "Kalian tidak akan dianggap berbeda. Setiap orang punya masa-masa sulit."
Dari pria yang berada di puncak dunia, hingga petarung yang pendiam, kisah Umtiti mencerminkan sudut gelap dan kejam dari sepak bola papan atas: di mana cahaya lapangan terkadang tidak cukup untuk menghilangkan kegelapan dalam pikiran.
Sumber: https://znews.vn/ac-mong-cua-nha-vo-dich-world-cup-post1608124.html







Komentar (0)