
ADB menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Asia meskipun ada risiko tarif.
Bank Pembangunan Asia (ADB) telah menaikkan perkiraan pertumbuhan untuk negara-negara anggotanya berkat permintaan ekspor yang kuat, meskipun ada kekhawatiran tentang kebijakan tarif AS. Secara khusus, Vietnam menerima revisi perkiraan pertumbuhan tertinggi di kawasan ini.
Dalam laporan Asian Development Outlook terbarunya, ADB memperkirakan bahwa 46 negara anggotanya akan tumbuh sebesar 5,1% tahun ini, lebih tinggi dari perkiraan bulan September. Angka ini diproyeksikan akan meningkat menjadi 4,6% pada tahun 2026. Vietnam menonjol sebagai titik terang, dengan ADB merevisi perkiraan pertumbuhannya menjadi 7,4%, peningkatan signifikan dari proyeksi sebelumnya.
Menurut ADB, penyesuaian terhadap perkiraan untuk perekonomian yang disebutkan di atas terutama disebabkan oleh fakta bahwa dampak tarif Presiden AS Donald Trump sejauh ini belum terlalu parah. Namun, bank tersebut tetap memperingatkan bahwa ketidakpastian seputar kebijakan tarif AS tetap menjadi hambatan utama bagi prospek ekonomi Asia. Meningkatnya ketegangan perdagangan dan volatilitas pasar keuangan dapat menekan ekspor dan investasi, serta memperburuk masalah utang dan arus modal di kawasan tersebut.
Jika dilihat dari gambaran regional secara keseluruhan, Asia Selatan terus memimpin dengan proyeksi tingkat pertumbuhan 6,5% tahun ini (naik dari 5,9% sebelumnya), didorong oleh pertumbuhan ekonomi India sebesar 7,2%. ADB mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk kawasan ini pada tahun 2026 sebesar 6,0% dan untuk India sebesar 6,5%.
Perkiraan pertumbuhan untuk Asia Timur juga telah direvisi naik dari 4,4% menjadi 4,6% untuk tahun 2025 dan dari 3,9% menjadi 4,1% untuk tahun 2026. Revisi ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi kawasan yang lebih kuat dari perkiraan selama kuartal ketiga tahun 2025, yang didorong oleh permintaan eksternal yang kuat untuk produk-produk terkait elektronik.
Untuk China, ADB merevisi perkiraan pertumbuhan tahun 2025 ke atas dari 4,7% dalam laporan September menjadi 4,8%, sementara perkiraan tahun 2026 tetap tidak berubah di 4,3%. Revisi ke atas ini mencerminkan pertumbuhan PDB yang lebih kuat dari perkiraan pada tiga kuartal pertama tahun 2025, ditambah dengan kebijakan dukungan pemerintah yang baru, meskipun permintaan domestik tetap lemah. Namun, prospek ekonomi China tetap terpengaruh oleh perlambatan yang berkepanjangan di sektor properti.
Asia Tenggara dinilai tetap tangguh berkat hasil positif pada kuartal ketiga di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. ADB memperkirakan kawasan ini akan tumbuh sebesar 4,4% pada tahun 2026, sedikit menurun dari 4,5% pada tahun ini.
Mengenai inflasi, ADB memperkirakan inflasi di seluruh kawasan akan turun menjadi 1,6% tahun ini dan menjadi 2,1% pada tahun 2026, tidak berubah dari laporan September sebelumnya. Bank tersebut menyatakan bahwa siklus pelonggaran moneter berlanjut karena tingkat inflasi tetap di bawah atau dalam kisaran target di 13 dari 17 negara anggota yang memiliki target inflasi. ADB memperkirakan kebijakan moneter di kawasan ini akan tetap fleksibel di tengah ekspektasi penurunan suku bunga lebih lanjut di AS.
Sumber: https://vtv.vn/adb-nang-du-bao-tang-truong-kinh-te-chau-a-100251211070452351.htm










Komentar (0)