
Saat teknologi memasuki pembuatan konten, apakah batasan antara manusia dan mesin masih jelas?
Beberapa tahun yang lalu, teknologi AI hanya mendukung penulisan dasar. Kini, AI menulis artikel, puisi, menggubah musik, menulis naskah, dan bahkan mengedit video .
Dari sekadar alat pendukung, AI telah menjadi "penulis". Jadi, dengan kecepatan, biaya, dan kemampuan AI untuk bekerja tanpa henti, apakah kreator konten berisiko tergantikan?
AI belajar menjadi 'kreatif seperti manusia'
Dari sekadar mendukung penyuntingan teks, serangkaian platform kecerdasan buatan kini benar-benar telah berpartisipasi dalam proses pembuatan konten.
Nama-nama yang sudah dikenal seperti ChatGPT, Gemini dari Google, Claude dari Anthropic, atau Copilot dari Microsoft menjadi semakin populer di kalangan pembuat konten.
Alat-alat ini dapat menulis apa saja, mulai dari buletin pendek berisi beberapa ratus kata hingga esai berisi beberapa ribu kata, bahkan meniru gaya pribadi atau suara penulis tertentu.
Tidak hanya berhenti pada tulisan, kecerdasan buatan juga merambah bidang gambar dan video.
Platform seperti Sora, Runway, Pika milik OpenAI mengubah pascaproduksi video menjadi proses yang hampir otomatis hanya dengan deskripsi teks.
Sementara itu, DALL·E, Midjourney atau Firefly AI membantu membuat ilustrasi, mendesain sampul, dan membangun kerangka cerita dengan gambar.
Dengan kata lain, kecerdasan buatan tidak hanya menggantikan beberapa pekerjaan tetapi juga secara bertahap belajar menjadi sekreatif manusia.
AI dan Revolusi Penulisan: Berubah atau Hilang?
Kemunculan kecerdasan buatan (AI) menciptakan revolusi besar dalam profesi menulis. Banyak orang mempertanyakan apakah AI akan menghilangkan profesi menulis tradisional.
Kenyataannya, AI bukanlah pesaing tetapi alat yang membantu meningkatkan kinerja dan membuka arah kreatif baru.
Menggantikan semua tugas menulis dengan mesin sepertinya mustahil dalam waktu dekat. Kreativitas bukan hanya tentang merangkai kata, tetapi juga membutuhkan emosi, pengalaman hidup, dan pemahaman mendalam tentang manusia dan masyarakat yang saat ini tidak dapat digantikan oleh AI.
Alih-alih menghilang, profesi menulis justru sedang bertransformasi. Para praktisi harus belajar mengintegrasikan teknologi ke dalam proses kreatif menggunakan AI, sebagai asisten untuk berfokus pada bagian-bagian manusia yang unik dan personal.
Revolusi AI dalam penulisan karenanya bukanlah akhir melainkan langkah baru yang membuka peluang bagi para penulis untuk mengembangkan diri dan menegaskan nilai mereka sendiri di era digital.
Kecerdasan buatan masih belum memiliki... jiwa
Meskipun AI dapat menghasilkan konten dengan cepat dan koheren, AI masih memiliki banyak keterbatasan yang mudah dikenali oleh manusia.
Salah satu kelemahan paling kentara adalah kurangnya emosi dan pengalaman hidup yang nyata . AI tidak memiliki ingatan pribadi, tidak merasakan sakit atau bahagia, sehingga sulit untuk mencapai kedalaman emosi yang dialami manusia nyata.
Selain itu, kecerdasan buatan seringkali kesulitan memahami konteks budaya dan sosial tertentu. Misalnya, permainan kata, peribahasa, dan konotasi dalam bahasa Vietnam terkadang menyebabkan AI salah paham atau mengekspresikan dirinya secara tidak wajar .
Konten yang dihasilkan AI mungkin benar secara struktural dan sintaksis, tetapi kurang mendalam. Konten tersebut mudah dibaca dan mengalir dengan baik, tetapi sering dianggap kurang berkarakter dan tidak meninggalkan ciri khas.
Pada akhirnya, misinformasi atau rekayasa fakta tetap menjadi masalah serius. Pengguna sebaiknya berhati-hati dan memeriksa ulang informasi, alih-alih sepenuhnya memercayai apa yang dihasilkan alat tersebut.
Manusia tidak menghilang, tetapi berganti peran.
Manusia tidak menghilang, tetapi justru bertransformasi dan mengubah perannya di era kecerdasan buatan. AI dapat mengambil alih banyak tugas berulang dan menciptakan konten dasar dengan cepat dan efisien.
Namun, kemampuan untuk berpikir kritis, merasakan secara mendalam, dan menjadi kreatif pada tingkat pribadi tetap merupakan kekuatan manusia yang unik.
Penulis masa kini bukan lagi mereka yang secara langsung membuat semua konten, tetapi telah menjadi mereka yang memantau, menyensor, dan mengedit produk yang dihasilkan AI.
Mereka menambahkan kualitas humanis, kehalusan, dan perspektif multidimensi yang sulit ditiru oleh mesin. Peran ini membutuhkan fleksibilitas, penilaian, dan kreativitas tanpa henti untuk menonjolkan keunikan setiap karya.
Masa depan dunia menulis bukan tentang AI atau manusia, melainkan tentang kolaborasi antara keduanya. Orang-orang yang mampu memanfaatkan kekuatan teknologi dengan pengalaman, emosi, dan wawasan mereka akan menciptakan lebih banyak produk kreatif yang unik dan bermakna daripada sebelumnya.
Adaptasi, pembelajaran, dan inovasi yang konstan akan membantu kaum kreatif mempertahankan posisi mereka dan terus tumbuh di dunia yang berubah dengan cepat.
Sumber: https://tuoitre.vn/ai-va-tuong-lai-nghe-viet-thay-the-con-nguoi-hay-hop-tac-20250605013057624.htm










Komentar (0)